Harga Minyak Masuk Tren Bearish, Ini Sentimen yang Menyeretnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terpantau bergerak pada tren bearish. Data ekonomi terbaru China yang suram, sinyal kembali pulihnya produksi minyak Libya, dan desakan agar gencatan senjata Gaza dapat segera tercapai, menjadi katalis utama yang membebani harga minyak.

Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 73,02 per barel pada Senin (2/9) pukul 10.58 WIB. Dalam sepekan harga minyak turun 5,73%.

Research and Development ICDX Yoga Tirta memaparkan, dalam laporan Biro Statistik Nasional, aktivitas manufaktur China bulan Agustus merosot turun ke 49,1 dari 49,4 pada bulan Juli. Level itu merupakan yang terendah dalam enam bulan.


"Laporan itu mengindikasikan diperlukannya lebih banyak stimulus baru dari pemerintah untuk dapat memulihkan kembali momentum ekonomi yang lemah di negara importir minyak terbesar pertama dunia itu," tulis Yoga dalam risetnya, Senin (2/9).

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Lanjutkan Penurunannya Senin (2/9), Tertekan Prospek Pasokan OPEC+

Berdasarkan survei properti China Index Academy, harga rumah baru di 100 kota naik tipis, sebesar 0,11% pada bulan Agustus, melambat dari kenaikan 0,13% pada bulan sebelumnya. Survei tersebut menunjukkan sektor properti masih belum sepenuhnya pulih, meskipun pembuat kebijakan telah meluncurkan serangkaian stimulus untuk meningkatkan likuiditas.

Sentimen negatif lainnya datang dari meredanya kekhawatiran akan gangguan lebih lanjut pada produksi minyak Libya. Ini pasca tiga ladang minyak diperintahkan oleh pihak operator, Arabian Gulf Oil Company, untuk melanjutkan produksi guna memenuhi kebutuhan domestik, walaupun untuk penjualan tujuan ekspor masih dihentikan.

Secara total, produksi dari ladang minyak Sarir, Messla, dan Nafoura, telah melanjutkan produksi hingga 120 ribu bph.

Sementara itu, beberapa anggota parlemen Demokrat AS pada hari Minggu menyerukan agar gencatan senjata Gaza untuk dicapai segera, agar memungkinkan semua sandera yang tersisa dibebaskan. Seruan tersebut dipicu oleh tewasnya enam sandera di terowongan bawah Gaza, yang salah satunya adalah Hersh Goldberg-Polin, warga negara Israel-AS.

Dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 75 per barel. "Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 70 per barel," tutup Yoga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari