Harga minyak melaju lagi ke level tertinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah koreksi sehari di akhir pekan, harga minyak kembali melaju. Senin (21/5) pukul 7.34 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2018 di New York Mercantile Exchange kembali menyentuh titik tertinggi tahun ini pada US$ 71,67 per barel.

Harga minyak ini menguat 0,55% jika dibandingkan dengan harga Jumat lalu pada US$ 71,28 per barel. Dalam sepekan, harga minyak sudah mengakumulasi kenaikan 1%.

Minyak brent pun masih melaju meski tak lagi menyentuh harga tertinggi tahun ini. Harga minyak brent untuk pengiriman Juli 2018 di ICE Futures berada di US$ 78,90 per barel.


Harga minyak brent menguat 0,49% ketimbang Jumat lalu. Harga minyak acuan internasional ini masih lebih rendah ketimbang level tertinggi tahun ini US$ 79,30 per barel yang tercapai Kamis pekan lalu. Secara mingguan, harga minyak brent masih menguat 0,86%.

"Harga minyak berada di area jenuh beli sehingga memicu aksi ambil untung di akhir pekan," kata Abhishek Kumar, senior energy analyst Global Gas Analytics dari Interfax Energy kepada Reuters.

Sentimen pendorong harga minyak hari ini berasal dari pasokan minyak Venezuela yang terus turun. Nicolas Maduro, pemimpin Venezuela saat ini diperkirakan memenangkan pemilu yang digelar hari Minggu (20/5).

Beberapa polling opini menunjukkan penantang Maduro, Henri Falcon, memimpin perolehan suara. Tapi banyak analis memperkirakan peluang Falcon kecil karena banyaknya warga yang tidak memasukkan suara. 

Hasil pemilihan diperkirakan rampung hari ini. Kemenangan Maduro akan memperpanjang sanksi AS terhadap negeri kaya minyak ini. Pasokan minyak global dari Venezuela pun diramal makin turun.

Sementara itu, Sabtu lalu, Menteri Minyak Iran Bijan Zanganeh mengatakan bahwa keputusan Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari kesepakatan multinasional atas sanksi Iran tidak akan mempengaruhi ekspor minyak Iran jika Uni Eropa masih mempertahankan kesepakatan.

"Tiap keputusan baru di OPEC perlu kebulatan suara. Saya yakin bahwa Uni Eropa akan membantu kami dan level ekspor minyak Iran tidak akan berubah," kata Zangeneh seusai pertemuan dengan Kepala Energy Uni Eropa Miguel Arian Canete.

Setelah keputusan Presiden AS Donald Trump pada 8 Mei lalu, Departemen Keuangan AS mengungkapkan akan mulai menerapkan kembali sanksi terkait Iran dalam 90 hari dan 180 hari. Sanksi ini termasuk transaksi sektor minyak dan bank sentral Iran.

Uni Eropa masih berusaha mempertahankan pelonggaran sanksi nuklir Iran. Kesepakatan tahun 2015 melonggarkan sanksi ekonomi Iran dengan imbalan penghentian program nuklir. 

Meski pihak Uni Eropa masih menggodok kesepakatan, perusahaan-perusahaan besar Eropa khawatiran akan sanksi AS terhadap Iran. Alhasil, banyak perusahaan enggan berbisnis dengan Iran. "Saya tidak ragu bahwa sanksi AS terhadap Iran akan berdampak pada investasi di Iran. Hal ini tidak akan menghentikan kami, tapi tentu akan menurunkan laju pertumbuhan," imbuh Zanganeh seperti dikutip Reuters.

nksi ekonomi Iran dengan imbalan penghentian program nuklir. 

Meski pihak Uni Eropa masih menggodok kesepakatan, perusahaan-perusahaan besar Eropa khawatiran akan sanksi AS terhadap Iran. Alhasil, banyak perusahaan enggan berbisnis dengan Iran. "Saya tidak ragu bahwa sanksi AS terhadap Iran akan berdampak pada investasi di Iran. Hal ini tidak akan menghentikan kami, tapi tentu akan menurunkan laju pertumbuhan," imbuh Zanganeh seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati