KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih konsolidasi setelah turun dari level tertinggi selama beberapa waktu terakhir. Jumat (14/5) pukul 7.50 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) kontrak Juni 2021 di New York Mercantile Exchange turun tipis ke level US$ 63,80 per barel dari perdagangan kemarin di US$ 63,82 per barel. Kemarin, harga minyak WTI merosot 3,42% dalam sehari dari level US$ 66,08 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018. Pergerakan serupa terjadi pada harga minyak brent kontrak Juli 2021 di ICE Futures. Harga minyak acuan internasional ini turun 0,09% ke US$ 66,99 per barel.
Kemarin, harga minyak brent melorot 3,27% dalam sehari dari level U$ 69,32 per barel pada Rabu (12/5). Harga minyak brent ini pun mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018.
Baca Juga: Harga emas spot turun tipis ke US$ 1.824 per ons troi, Jumat pagi Harga minyak turun sekitar 3% pada hari Kamis karena krisis virus corona India semakin dalam dan pipa bahan bakar utama AS kembali beroperasi, menghentikan reli yang telah mengangkat minyak mentah ke level tertinggi. Harga minyak juga berada di bawah tekanan karena lonjakan harga komoditas yang lebih luas, kekurangan tenaga kerja, dan data harga konsumen yang jauh lebih kuat dari perkiraan minggu ini telah memicu kekhawatiran inflasi yang dapat memaksa Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga biasanya meningkatkan dolar AS, yang pada gilirannya menekan harga minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. "Harga minyak mentah terus menurun karena investor menekan tombol jeda dengan siklus perdagangan komoditas super," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA kepada
Reuters. Baca Juga: Harga minyak WTI dan Brent ambles 1% karena kematian virus corona melonjak di India Presiden AS Joe Biden mengatakan stasiun pengisian bahan bakar mulai kembali normal akhir pekan ini bahkan ketika kekurangan mencengkeram beberapa daerah di tengah pengaliran kembali jaringan pipa bahan bakar teratas negara itu setelah ditutup oleh serangan ransomware. Penutupan Colonial Pipeline yang membawa 100 juta galon bahan bakar per hari selama hampir seminggu menyebabkan kekurangan bensin dan deklarasi darurat dari Virginia ke Florida. Alhasil, dua kilang menghentikan produksi, dan mendorong maskapai penerbangan untuk merombak operasi pengisian bahan bakar. Kasus corona India, yang merupakan importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia, masih mengkhawatirkan. Para profesional medis belum dapat mengatakan kapan infeksi baru akan memuncak. Negara-negara lain khawatir atas penularan varian yang sekarang menyebar ke seluruh dunia.
Baca Juga: Kabar gembira, 2 miliar vaksin Covid-19 bakalan tersedia di India "Kekhawatiran berkembang bahwa penyebaran virus corona yang tidak terkendali di India dan di Asia Tenggara akan mengurangi permintaan minyak," kata analis PVM dalam sebuah catatan. Tapi, PVM memperkirakan dampak tersebut akan relatif singkat. Harga minyak berpotensi menguat karena kenaikan permintaan di separuh kedua tahun ini.
Baca Juga: Kasus positif corona di Indonesia tambah 3.448 pada Kamis (13/5) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati