KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun pada hari Jumat karena investor mempertimbangkan lemahnya permintaan bahan bakar AS dan mengambil untung pada akhir kuartal kedua. Sementara data inflasi utama untuk bulan Mei meningkatkan kemungkinan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga tahun ini. Jumat (28/6), harga minyak mentah berjangka Brent untuk penyelesaian Agustus, yang berakhir pada hari Jumat, naik 2 sen menjadi US$ 86,41 per barel. Kontrak September yang lebih likuid turun 0,3% menjadi US$ 85 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 20 sen atau 0,24% menjadi US$ 81,54.
Untuk minggu ini, harga minyak Brent naik 0,02% sementara WTI berjangka membukukan kerugian 0,2%. Kedua tolok ukur tersebut naik sekitar 6% pada bulan Juni.
Baca Juga: Harga BBM Hari Ini Juni 2024, Pertalite, Pertamax, Shell, BP Apakah Berubah? Sementara produksi dan permintaan minyak AS naik ke level tertinggi dalam empat bulan di bulan April, permintaan bensin turun menjadi 8,83 juta barel per hari. Data keluaran Badan Informasi Energi (EIA) yang diterbitkan pada hari Jumat ini menunjukkan angka terendah sejak Februari. "Laporan bulanan dari EIA menunjukkan permintaan bensin sangat buruk," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group kepada
Reuters. Analis mengatakan, beberapa pedagang mengambil keuntungan pada akhir kuartal kedua setelah harga menguat awal bulan ini. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, datar di bulan Mei. Data terbaru ini meningkatkan harapan penurunan suku bunga di bulan September. Tetapi reaksi di pasar keuangan masih minim. "Bagi para pedagang minyak, rilis tersebut luput dari perhatian," kata Charalampos Pissouros, analis investasi senior di broker XM.
Baca Juga: Inflasi AS Mendingin pada Mei, Belanja Konsumen Naik Moderat Meningkatnya ekspektasi terhadap siklus pelonggaran kebijakan The Fed telah memicu peningkatan risiko di pasar saham. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 64% untuk penurunan suku bunga pertama pada bulan September, naik dari 50% pada bulan lalu, menurut alat CME FedWatch. Pelonggaran suku bunga bisa menjadi keuntungan bagi minyak karena bisa meningkatkan permintaan dari konsumen. “Harga minyak telah menyatu dengan perkiraan nilai wajar kami baru-baru ini, mengungkapkan kekuatan mendasar dalam fundamental melalui penyelesaian di tengah kabut perang,” tulis analis Barclays, Amarpreet Singh, dalam catatan kliennya. Barclays memperkirakan, harga minyak mentah Brent akan tetap berada di kisaran US$ 90 per barel selama beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Menjelang Data Inflasi AS Jumat (28/6), WTI ke US$82,42 per Barel Harga minyak mungkin tidak banyak berubah pada paruh kedua tahun 2024, karena kekhawatiran terhadap permintaan Tiongkok dan prospek pasokan yang lebih tinggi dari produsen utama untuk melawan risiko geopolitik, menurut jajak pendapat
Reuters pada hari Jumat.
Minyak mentah Brent diperkirakan rata-rata US$ 83,93 per barel pada tahun 2024 dengan minyak mentah AS rata-rata $79,72, menurut jajak pendapat tersebut. Jumlah rig minyak aktif AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun enam menjadi 479 pada minggu ini, level terendah sejak Desember 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes. Manajer keuangan menaikkan posisi
net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam pekan hingga 25 Juni, ungkap Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati