Harga Minyak Melemah Walau Tetap Berada di Jalur Kenaikan di Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak turun pada hari ini tetapi bersiap untuk mencatatkan kenaikan mingguan, dengan optimisme baru pada pemulihan permintaan China melebihi kekhawatiran atas resesi, meningkatnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan pengetatan kebijakan moneter di Eropa.

Jumat (3/3) pukul 19.00 WIB, harga minyak mentah Brent berjangka untuk kontrak pengiriman Mei 2023 turun 51 sen, atau 0,6%, menjadi US$ 84,24 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Aoril 2023 turun 41 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 77,75 per barel.

Dengan posisi ini, Brent telah naik sekitar 1,3% di pekan ini dan WTI menuju kenaikan 1,9%.


"Mereka yang bertaruh pada harga minyak yang lebih tinggi menikmati sisa-sisa data makro positif dari China," kata analis PVM Stephen Brennock.

Di China, aktivitas di sektor jasa berkembang dengan laju tercepat dalam enam bulan pada Februari karena penghapusan pembatasan ketat COVID-19 menghidupkan kembali permintaan, sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada hari Jumat.

Baca Juga: Menguat Sepekan, Harga Minyak Masih Dibayangi Kenaikan Suku Bunga

Aktivitas manufaktur di China juga tumbuh bulan lalu, dengan laju tercepat dalam lebih dari satu dekade, memperkuat ekspektasi pemulihan permintaan bahan bakar. Impor minyak Rusia melalui laut China akan mencapai rekor tertinggi bulan ini.

Pengimpor minyak utama dunia menjadi semakin ambisius dengan target pertumbuhan 2023, setinggi 6%, sumber yang terlibat dalam diskusi kebijakan mengatakan kepada Reuters minggu ini.

Pasar secara luas mengabaikan peningkatan stok minyak mentah selama 10 minggu berturut-turut di Amerika Serikat, karena rekor ekspor minyak mentah AS mempertahankan peningkatan yang lebih kecil daripada beberapa minggu terakhir.

Rencana Rusia untuk memperdalam pemotongan ekspor minyak pada bulan Maret juga membantu menopang harga.

Sementara itu, analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan dolar melemah dalam 12 bulan ke depan, yang akan membuat minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Di depan bank sentral, sinyal hawkish terus terpancar dari Bank Sentral Eropa, dengan anggota Dewan Pemerintahan Pierre Wunsch mengatakan suku bunga utamanya bisa naik setinggi 4% jika inflasi dasar tetap tinggi.

Editor: Anna Suci Perwitasari