KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menguat pada pertengahan pekan akibat harapan vaksin corona, harga minyak turun lagi di akhir pekan. Potensi penambahan produksi minyak dari Libya juga turun menekan harga minyak hingga perdagangan kemarin. Jumat (13/11), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 40,13 per barel, merosot 2,41% dalam sehari. Harga minyak WTI ini masih tercatat melonjak 8,05% dalam sepekan. Bergerak serupa, harga minyak brent untuk pengiriman Januari 2021 di ICE Futures kemarin turun 1,72% ke US$ 42,78 per barel. Sedangkan dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini melonjak 8,44%.
Produksi minyak Libya telah meningkat menjadi 1,2 juta barel per hari. Produksi tersebut naik dari 1 juta barel per hari yang dilaporkan pada 7 November oleh National Oil Corp.
Baca Juga: Sederet komoditas ini diramal akan mendorong inflasi ke level 0,21% mom di November Tanda-tanda peningkatan produksi di Amerika Serikat (AS) juga menambah sentimen
bearish. Rig minyak AS naik 10 menjadi 236 pekan ini, menurut data Baker Hughes. Angka ini tertinggi sejak Mei. Juga menekan harga, data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel pekan lalu. Padahal, para analis memperkirakan persediaan minyak turun 913.000 barel. Harry Tchilinguirian, kepala riset komoditas di BNP Paribas mengatakan bahwa faktor vaksin Pfizer memudar dan menciptakan koreksi harga minyak. "Namun, OPEC+ bersiap untuk menyesuaikan produksinya dan kita masih menunggu hasil uji coba vaksin lain yang mungkin lebih mudah didistribusikan karena tidak membutuhkan
cold storage," kata dia kepada Reuters Infeksi baru corona di AS dan secara global berada pada tingkat rekor. Pengetatan pembatasan akan menyebabkan permintaan bahan bakar pulih lebih lambat dari yang diharapkan semula.
Baca Juga: Harga emas naik akibat lonjakan kasus corona global Kontrak WTI dan Brent melonjak minggu ini setelah data menunjukkan vaksin Covid-19 eksperimental sedang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech Jerman 90% efektif. Tapi pada hari Kamis, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak global tidak mungkin mendapatkan dorongan yang signifikan dari vaksin hingga tahun 2021. "Tidak mengherankan jika pasar memangkas kenaikan harga hari ini karena potensi pasokan dan permintaan minyak mentah suram, sementara kasus Covid-19 baru harian di AS membuat rekor baru untuk hari ketiga berturut-turut," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad.
Para analis mengatakan pembatasan yang lebih ketat pada mobilitas untuk menangani kasus virus corona yang meroket membuat OPEC+ mungkin ragu untuk melonggarkan pembatasan produksi seperti yang direncanakan pada Januari. OPEC+ akan mengadakan Komite Pemantauan Kementerian Bersama pekan depan, yang akan mengindikasikan keputusan pada pertemuan menteri berikutnya pada 1 Desember. Menteri energi Aljazair mengatakan minggu ini bahwa OPEC+ dapat memperpanjang pengurangan produksi hingga 2021 atau memperdalamnya lebih lanjut jika diperlukan.
Baca Juga: Wall Street melonjak di akhir pekan, S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati