Harga minyak melonjak 1% di tengah harapan pemulihan ekonomi AS dan Eropa



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup naik lebih dari 1%. Sentimen utama datang dari pembukaan kembali ekonomi di sejumlah negara Eropa dan meningkatnya permintaan di Amerika Serikat (AS). 

Senin (17/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 ditutup naik 75 sen atau 1,1% ke US$ 69,46 per barel. 

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2021 ditutup melonjak 90 sen, atau 1,4% menjadi US$ 66,27 per barel.


Padahal pada awal perdagangan sesi Asia, harga minyak cenderung melemah tertekan lonjakan kasus virus corona di AS dan data manufaktur AS yang melesat dari perkiraan. 

Namun, ekonomi Inggris yang dibuka kembali, memberi 65 juta orang kebebasan setelah empat bulan penguncian terkait penyebaran untuk menekan penyebaran Covid-19.

Dengan percepatan tingkat vaksinasi, Prancis dan Spanyol telah melonggarkan pembatasan terkait Covid-19 dan pada hari Sabtu, Portugal dan Belanda juga melonggarkan pembatasan perjalanan.

Baca Juga: Harga minyak mentah berpeluang kembali turun di akhir tahun

Proyeksi pertumbuhan ekonomi telah mendukung harga minyak dalam beberapa pekan terakhir, meskipun laju inflasi telah membuat banyak investor khawatir bahwa suku bunga dapat naik, yang dapat menekan pengeluaran konsumen.

"Berita tidak semuanya negatif pada permintaan karena AS melihat perjalanan udara melonjak pada hari Minggu menjadi 1,8 juta orang, total tertinggi sejak Maret 2020," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA.

United Airlines mengumumkan akan menambah 400 penerbangan setiap hari hingga Juli untuk tujuan Eropa, tambah Moya.

Pemesanan perjalanan musim panas naik 214% dari level 2020, kata maskapai itu, menambahkan rencana untuk menerbangkan 80% dari jadwal penerbangan di AS dibandingkan dengan Juli 2019.

Namun di sisi lain, banyak investor yang tetap khawatir tentang varian virus corona yang pertama kali terdeteksi di India. Beberapa negara bagian India mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan memperpanjang penguncian untuk melawan pandemi, yang telah menewaskan lebih dari 270.000 orang di sana.

Penjualan domestik untuk bensin dan solar oleh penyulingan negara bagian India turun seperlima pada paruh pertama Mei dari bulan sebelumnya.

Singapura juga bersiap untuk menutup sekolah pada minggu ini dan Jepang telah mengumumkan keadaan darurat pada tiga prefektur lainnya.

"Pasar tampaknya terjebak antara mengamati peningkatan permintaan yang menggembirakan di Amerika Serikat dan Eropa, dan kelesuan dalam konsumsi karena persistensi Covid-19 di Asia," jelas analis StoneX Kevin Solomon.

Baca Juga: Harga batubara berpotensi turun di akhir tahun

Pabrik-pabrik China memperlambat pertumbuhan output mereka pada bulan April dan penjualan ritel secara signifikan meleset dari ekspektasi karena para pejabat memperingatkan masalah baru yang mempengaruhi pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Produksi minyak mentah China naik 7,5% pada April dari bulan yang sama tahun lalu, tetapi tetap berada di puncak yang terlihat pada kuartal terakhir tahun 2020.

Tanda-tanda peningkatan pasokan juga membatasi kenaikan minyak.

Produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan naik 26.000 barel per hari (bph) pada Juni menjadi 7,73 juta barel per hari. Ini jadi kenaikan pertama dalam tiga bulan, kata Energy Information Administration dalam proyeksi bulanan.

Sementara itu, harga bensin eceran AS mencapai level tertinggi baru dalam tujuh tahun pada awal pekan ini. Penyebabnya, karena akan membutuhkan waktu bagi rantai pasokan pipa bahan bakar terbesar di negara itu, Colonial Pipeline, untuk mengejar ketertinggalannya setelah serangan siber yang mengakibatkan pemadaman sistem selama enam hari di minggu lalu dan secara massal membuat terjadi panic-buying.

Selanjutnya: Wall Street ditutup koreksi pada awal pekan ini, terseret pelemahan saham teknologi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari