KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melesat di awal pekan ini. Lonjakan harga minyak disebabkan oleh konflik terbaru antara Israel dan Palestina yang terjadi di akhir pekan. Senin (9/10) pukul 7.10 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2023 di New York Mercantile Exchange melonjak 3,6% ke US$ 85,77 per barel dari akhir pekan lalu US$ 82,79 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Desember 2023 di ICE Futures menguat 3,29% ke US$ 87,36 per barel dari posisi akhir pekan lalu US$ 84,58 per barel.
Reuters melaporkan, Hamas melakukan serangan besar ke Israel pada Sabtu (7/10) lalu. Israel lalu menyatakan perang terhadap Palestina. Amerika Serikat (AS) telah menyatakan dukungan untuk Israel. Total korban jiwa pada konflik terbaru Israel dan Palestina diperkirakan mencapai lebih dari 1.100 orang. Konflik ini telah memasuki hari ketiga.
Baca Juga: Harga Emas Melesat Senin (9/10) Pagi, Turut Terangkat Konflik Israel-Palestina “Tampaknya Wall Street mempunyai risiko geopolitik baru setelah Israel menyatakan perang dengan Hamas,” kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda di New York kepada
Reuters. Dia mengatakan, dampak langsung terhadap pasar keuangan tampaknya terbatas pada arus
safe-haven. Para analis fokus pada dampak terhadap harga energi ketika mereka mencoba menilai dampak riaknya. “Apakah ini merupakan momen pasar yang besar atau tidak, tergantung pada berapa lama hal ini berlangsung dan apakah pihak lain ikut terseret ke dalam konflik tersebut,” kata Brian Jacobsen, kepala ekonom di Annex Wealth Management, mengenai situasi di Israel. Jacobsen mempertanyakan seberapa besar dampaknya terhadap harga minyak meskipun Iran telah meningkatkan produksinya. Serangan Hamas secara terbuka dipuji oleh Iran dan Hizbullah, sekutu Iran di Lebanon.
Baca Juga: 600 Warganya Tewas, Israel Deklarasikan Perang Melawan Hamas! “Produksi minyak Iran telah meningkat, namun kemajuan apa pun yang mereka capai di balik layar dengan AS akan sangat dirusak oleh Iran yang merayakan tindakan Hamas,” kata Jacobsen. Dia menyebut bahwa kemungkinan kehilangan produksi memang penting, namun hal ini tidak akan terjadi.
“Yang paling penting adalah melihat bagaimana reaksi Arab Saudi,” kata Jacobsen. Washington telah berusaha mencapai kesepakatan yang akan menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi. David Kotok, ketua dan kepala investasi di Cumberland Advisors di Sarasota, Florida, mengatakan bahwa situasi ini memprihatinkan karena AS melemah akibat disfungsi di Washington. Partai Republik sedang mencari pengganti Kevin McCarthy, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang digulingkan dan perselisihan anggaran akan segera terjadi. “Saya sangat khawatir dengan situasi yang lebih eksplosif yang memerlukan tekad dan kemampuan pertahanan AS yang sedang dirugikan oleh situasi di Washington," kata Kotok. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati