Harga minyak melonjak 4% di pekan ini, WTI cetak rekor tertinggi dalam 7 tahun



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak tak terbendung di pekan ini dan berhasil melonjak sekitar 4% karena krisis energi global mendorong harga minyak Amerika Serikat (AS) ke level tertinggi dalam hampir tujuh tahun. Sokongan datang karena pengguna listrik besar berjuang untuk memenuhi permintaan.

Di sisi lain, keputusan OPEC+ untuk tetap berada di jalur guna mengembalikan produksi secara bertahap kian mendukung harga minyak mentah.

Jumat (8/10), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2021 ditutup naik 0,5% menjadi US$ 82,39 per barel. Bahkan, di awal pekan ini, harga minyak patokan global itu mencapai sempat menjajal level tertinggi dalam tiga tahun di US$ 83,47 per barel.


Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2021 ditutup menguat US$ 1,05 atau 1,3% menjadi US$ 79,35 per barel. Itu adalah penutupan tertinggi untuk benchmark minyak AS sejak 31 Oktober 2014.

Alhasil, Brent melonjak 3,9% di minggu ini. Sedangkan WTI melejit 4,6% dalam sepekan terakhir. Di sisi lain, harga bensin berjangka AS juga ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2014 pada Jumat lalu.

Suntikan tenaga bagi minyak juga datang dari pemerintah AS yang mengatakan sedang memantau pasar energi, tetapi tidak mengumumkan tindakan segera untuk menurunkan harga, seperti pelepasan dari cadangan minyak strategis, yang selanjutnya mendukung pasar minyak.

Baca Juga: Industri mulai beralih dari gas ke minyak, WTI tembus US$79,14 dan Brent US$82,75

"Latar belakang fundamental adalah salah satu dari ketatnya pasokan yang akan terus mendorong harga ini terus naik," kata John Kilduff, partner di Again Capital di New York.

Salah satu datang karena pasar energi telah diperketat dalam menghadapi permintaan bahan bakar yang meningkat, banyak yang khawatir bahwa musim dingin dapat semakin membebani pasokan gas alam. China memerintahkan para penambang di Mongolia Dalam untuk meningkatkan produksi batubara guna mengurangi krisis energinya.

"Karena harga energi lain seperti gas alam dan batubara juga terus menguat, risiko kenaikan pasar minyak mulai meningkat," kata Christopher Kuplent dari Bank of America.

Kenaikan harga telah didorong oleh melonjaknya harga gas alam di Eropa, yang telah mendorong peralihan ke minyak untuk pembangkit listrik.

Menurut perhitungan Reuters yang beradasarkan data Eikon, benchmark harga gas Eropa di pusat TTF Belanda pada hari Jumat, jika berdiri setara minyak mentah, mencapai sekitar US$ 200 per barel, berdasarkan nilai relatif dari jumlah energi yang sama dari masing-masing sumber.

"Percepatan peralihan gas-ke-minyak dapat meningkatkan permintaan minyak mentah yang digunakan untuk menghasilkan listrik pada musim dingin di belahan bumi utara yang akan datang ini," kata seorang analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan.

ANZ meningkatkan perkiraan permintaan minyak mentah di kuartal IV-2021 menjadi 450.000 barel per hari.

Selanjutnya: Reli tertahan, emas spot melemah 0,2% di pekan ini

Editor: Anna Suci Perwitasari