KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah melonjak akibat konflik Rusia-Ukraina. Lonjakan harga minyak akan memberi imbas ke ekonomi Indonesia. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, harga minyak Indonesia secara rerata akan meningkat di kisaran US$ 85 per barel hingga US$ 86 per barel. Ini lebih tinggi dari perkiraan BI pada bulan Februari 2022 yang berkisar antara US$ 67 per barel hingga US$ 70 per barel. Dengan proyeksi harga minyak tersebut, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat tentu ini akan membawa dampak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Bhima memperkirakan adanya peningkatan pendapatan negara hingga Rp 69 triliun. Namun, sisi lain ada peningkatan belanja negara secara agregat sebesar Rp 59,8 triliun. “Angka ini didapat dari sensitivitas sebesar Rp 3 triliun per kenaikan harga minyak mentah dibanding dengan asumsi ICP di APBN 2022,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (18/3).
Baca Juga: Harga Migas Terus Meningkat, Sektor Hulu Diharapkan Mencapai Target Tahun 2022 Dengan kondisi tersebut, kata Bhima, penerimaan pajak diperkirakan bisa naik hingga Rp 18,4 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bisa naik hingga Rp 50,6 triliun. Dari sisi belanja negara, diperkirakan ada kenaikan belanja pemerintah pusat sebesar Rp 43,7 triliun dan transfer daerah dan dana desa (TKDD) meningkat sebesar Rp 18,4 triliun. Analis makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan, dengan asumsi kenaikan harga minyak Indonesia sesuai perkiraan BI tersebut akan mengerek pendapatan negara sekitar Rp 69 triliun dan belanja negara sebesar Rp 59 triliun. “Peningkatan dari sisi belanja tersebut didorong oleh peningkatan belanja subsidi yang juga meningkat. Namun, dampak ke keuangan negara secara total masih surplus (untung),” kata Faiz. Namun, Faiz memperkirakan harga minyak justru bisa melampaui perkiraan BI. Proyeksi dia, rata-rata minyak dunia di tahun ini bisa berada di kisaran US$ 98 per barel.
Hal ini seiring dengan potensi pemulihan di negara berkembang dengan membaiknya kondisi Covid-19 sehingga permintaan akan meningkat. Sayangnya, ini tidak dibarengi dengan peningkatan dari sisi suplai. “Ini akan memengaruhi harga minyak Indonesia karena formula minyak mentah Indonesia adalah harga minyak internasional Brent ditambah alpha. Sehingga kami melihat perkiraan BI kemungkinan terjadi dan bahkan berpotensi lebih tinggi,” jelasnya. Secara keseluruhan, memang ini menguntungkan bagi negara. Namun, Faiz mengimbau agar Indonesia tetap waspada, terutama di jalur perdagangan minyak dan gas (migas). Mengingat, Indonesia adalah net importir minyak.
Baca Juga: Sedang Dikaji, Harga Pertamax Berpeluang Naik Editor: Khomarul Hidayat