Harga minyak melonjak hampir 5% di pekan ini, Brent ke level tertinggi dalam 2 tahun



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah mengakhiri minggu ini dengan cemerlang. Bahkan harga minyak jenis Brent berada di level tertinggi dalam 2 tahun karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kuat dan ekspektasi rebound dalam permintaan global.

Jumat (28/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 ditutup menguat 0,2% ke level US$ 69,63 per barel. Ini jadi penutupan tertinggi bagi Brent sejak Mei 2019.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2021 melemah menjadi US$ 66,32 per barel. 


Namun, untuk pekan ini, harga minyak WTI sudah menguat 4,3%. Sedangkan Brent melesat 4,8% sepanjang minggu ini. 

"Didorong oleh data ekonomi yang baik dan selera pada aset berisiko di antara investor di pasar keuangan, Brent membuat tawaran baru untuk angka psikologis penting di US$ 70 per barel," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.

“Kekhawatiran akan permintaan karena pandemi tersebut memberi jalan kepada optimisme mengingat konsumen akan kembali dengan cepat,” tambah Weinberg.

Baca Juga: Brent terdorong ke arah US$ 70 per barel karena data ekonomi AS yang cerah

Analis memperkirakan permintaan minyak global akan pulih mendekati 100 juta barel per hari pada kuartal ketiga karena perjalanan musim panas di Eropa dan AS menyusul program vaksinasi Covid-19 yang meluas.

"Permintaan bensin sekarang telah melampaui level 2019 di banyak bidang," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Data ekonomi yang kuat dari ekonomi AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia, juga memberikan dukungan karena jumlah orang di Negeri Pam Sam yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah sejak pertengahan Maret 2020, melampaui perkiraan.

Meningkatnya infeksi virus corona di Asia sebenarnya sedikit menekan harga. Infeksi di wilayah Asia Selatan melampaui 30 juta pada hari Jumat, menurut penghitungan Reuters, yang dipimpin oleh India yang sedang berjuang dengan gelombang Covid-19 kedua dan kekurangan vaksin di seluruh wilayah itu.

Di sisi lain, prospek lebih banyak minyak dari Iran yang masuk ke pasar juga membatasi kenaikan harga emas hitam ini.

"Iran akan memperlambat reli," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York. Dia menambahkan bahwa pelaku pasar berhati-hati menjelang akhir pekan tentang kemungkinan bahwa kesepakatan antara Iran dan kekuatan Barat dapat meningkatkan pasokan ke pasar.

Iran dan kekuatan global telah bernegosiasi di Wina sejak April untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil Teheran dan Washington mengenai sanksi dan kegiatan nuklir untuk kembali ke kepatuhan penuh dengan pakta nuklir 2015. 

Baca Juga: Investor abaikan kekhawatiran kenaikan inflasi, Wall Street ditutup lebih tinggi

Di Amerika Serikat, Yawger mengatakan kekhawatiran tentang potensi permintaan pada liburan akhir pekan Memorial Day ini menjadi tidak bersemangat. "Ada beberapa hal yang menjadi perhatian," katanya.

Lebih dari 34 juta orang Amerika diperkirakan akan turun ke jalan raya antara 27 Mei dan 31 Mei, liburan akhir pekan yang menandai dimulainya musim mengemudi saat musim panas. Tetapi mereka menghadapi harga bensin rata-rata sekitar US$ 3,04 per galon, yang paling mahal sejak 2014.

Juga di AS, produksi minyak mentah melonjak 14,3% pada Maret menjadi 11,2 juta barel per hari, setelah terpukul oleh cuaca dingin pada Februari, kata pemerintah dalam laporan bulanan terbaru.  Jumlah rig minyak, indikator awal produksi di masa depan, telah meningkat selama sembilan bulan berturut-turut, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Selanjutnya: Vietnam mendeteksi virus corona yang merupakan kombinasi varian India dan Inggris

Menyeimbangkan ekspektasi pemulihan permintaan terhadap kemungkinan peningkatan pasokan Iran, OPEC+, kemungkinan akan tetap berpegang pada langkah yang ada untuk secara bertahap mengurangi pembatasan pasokan minyak pada pertemuan pada hari Selasa, kata sumber OPEC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari