KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah mencatatkan kenaikan mingguan terbesar setelah melonjak 2% pada perdagangan akhir pekan lalu. Sentimen utama bagi minyak datang setelah perusahaan energi di kawasan Teluk Meksiko, Amerika Serikat (AS), mulai menutup produksi jelang badai Ida yang diperkirakan melanda kawasan itu pada awal minggu depan. Jumat (27/8), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 ditutup menguat US$ 1,63 atau 2,3% menjadi US$ 72,70 per barel. Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 juga melesat US$ 1,32 atau 2,0% dan ditutup di US$ 68,74 per ons troi.
Level penutupan tersebut adalah yang tertinggi untuk Brent sejak 2 Agustus dan untuk WTI sejak 12 Agustus silam. Pada perdagangan minggu ini, Brent naik lebih dari 11% dan WTI melonjak lebih dari 10%. Itu juga merupakan persentase kenaikan mingguan terbesar untuk keduanya sejak Juni 2020.
Baca Juga: Pidato Powell dovish, emas melonjak 2% di pekan ini "Pedagang sektor energi mendorong harga minyak mentah lebih tinggi untuk mengantisipasi gangguan produksi di Teluk Meksiko dan meningkatnya ekspektasi OPEC+ mungkin menolak menaikkan produksi mengingat dampak varian Delta baru-baru ini atas permintaan minyak mentah," ujar Edward Moya,
Senior Market Analyst OANDA. Pada Jumat (27/8), para produsen minyak menutup 59% dari produksi minyak mentah di Teluk Meksiko karena badai Ida, yang merupakan badai kesembilan musim ini, meluncur menuju ladang minyak lepas pantai utama AS, menurut Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan (BSEE). Perusahaan minyak dan gas AS berlomba menyelesaikan evakuasi dari anjungan lepas pantai Teluk Meksiko sebelum Badai Ida menghantam Louisiana sebagai badai besar pada awal pekan depan. Sumur lepas pantai di Teluk Meksiko menyumbang 17% dari produksi minyak mentah AS, sementara lebih dari 45% dari total kapasitas penyulingan AS terletak di sepanjang Pantai Teluk. "Secara historis, minyak mentah naik saat badai mendekat, meskipun faktanya kilang minyak tidak membutuhkan minyak mentah saat ditutup saat badai," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York. Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan, rig minyak AS naik lima menjadi 410 minggu ini, tertinggi sejak April 2020. Pada bulan Agustus, pengebor menambahkan 25 rig minyak, terbesar dalam sebulan sejak Januari, menempatkan jumlah rig minyak naik selama 12 bulan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2017.
Baca Juga: Indeks Wall Street reli terdorong pernyataan Ketua The Fed yang masih dovish Harga minyak juga didukung oleh penurunan dolar AS ke level terendah dalam satu minggu. Koreksi the greenback terjadi menyusul komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang
dovish dalam simposium Jackson Hole. Dolar AS yang lebih lemah membuat harga minyak menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Powell, dalam pidatonya menegaskan pemulihan ekonomi AS yang sedang berlangsung dan menjelaskan mengapa tidak terburu-buru untuk melakukan mengetatkan kebijakan moneter. Powell juga memberikan penjelasan rinci mengapa dia menganggap lonjakan inflasi hanya sementara dan tidak memberikan sinyal kapan bank sentral berencana untuk melakukan tapering. Di sisi lain, OPEC+ akan bertemu pada 1 September untuk membahas rencananya mulai Juli untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan selama beberapa bulan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari