KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik lebih dari 2% pada hari Rabu karena meningkatnya kekhawatiran bahwa ketegangan di Timur Tengah dapat meningkat. Konflik Timur Tengah yang meluas berpotensi mengganggu produksi minyak mentah dari kawasan tersebut, menyusul pukulan militer terbesar Iran terhadap Israel. Rabu (2/10) pukul 14.55 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent melonjak US$ 1,63 atau 2,2% menjadi US$ 75,19 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) melonjak US$ 1,70 atau 2,4% menjadi US$ 71,53 per barel. WTI sebelumnya telah naik lebih dari US$ 2. Kedua patokan minyak mentah pada hari Selasa melonjak lebih dari 5% sebelum ditutup sekitar 2,5% lebih tinggi.
Rabu pagi, Iran mengatakan bahwa serangan misilnya terhadap Israel telah berakhir kecuali ada provokasi lebih lanjut. Sementara Israel dan AS berjanji untuk menyerang balik Teheran karena kekhawatiran akan perang yang lebih luas meningkat. "Ini bisa termasuk merusak atau melenyapkan fasilitas minyak Iran," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM seperti dikutip
Reuters.
Baca Juga: Harga Emas Turun, Pasar Cermati Serangan Balasan Israel versus Iran Iran mengatakan setiap tanggapan Israel terhadap serangan itu, yang menurut Israel melibatkan lebih dari 180 rudal balistik, akan disambut dengan "kehancuran besar". Varga mencatat, pembalasan Iran atau sekutunya dapat menyerang fasilitas minyak Saudi seperti pada tahun 2019 atau menyebabkan penutupan Selat Hormuz. "Setiap peristiwa ini akan membuat harga minyak naik jauh," kata dia. Produksi minyak Iran naik ke level tertinggi dalam enam tahun sebesar 3,7 juta barel per hari (bph) pada bulan Agustus, kata analis ANZ. Dalam eskalasi konflik lainnya, militer Israel pada hari Rabu mengirim infanteri reguler dan unit lapis baja untuk bergabung dalam operasi darat di Lebanon selatan melawan Hizbullah. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadwalkan pertemuan tentang Timur Tengah pada hari Rabu. Sementara Uni Eropa menyerukan gencatan senjata segera.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Lebih dari US$1 Rabu (2/10), Brent ke US$74,56 dan WTI ke US$70,9 "Eskalasi besar-besaran oleh Iran berisiko menyeret AS ke dalam perang," kata Capital Economics dalam sebuah catatan. "Iran menyumbang sekitar 4% dari produksi minyak global, tetapi pertimbangan penting adalah apakah Arab Saudi akan meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu," imbuh Capital Economics.
Panel menteri dari OPEC+ yang mencakup Rusia, bertemu pada hari Rabu untuk meninjau pasar, tanpa perubahan kebijakan yang diharapkan. Kelompok tersebut akan menaikkan produksi mulai Desember sebesar 180.000 barel per hari per bulan. "Setiap saran bahwa kenaikan produksi akan dilanjutkan dapat mengimbangi kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah," kata analis ANZ. Namun,
Wall Street Journal melaporkan bahwa harga minyak dapat turun hingga US$ 50 per barel jika anggota OPEC+ tidak mematuhi batasan produksi yang disepakati. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati