Harga Minyak Memperpanjang Penurunan Karena Prospek Permintaan yang Lemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun pada Selasa (16/8) karena data ekonomi suram China yang merupakan pembeli minyak mentah utama menimbulkan kekhawatiran resesi global.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 0,8%, menjadi US$ 94,37 per barel pada pukul 10.13 WIB. Harga minyak mentah berjangka WTI turun 0,5%, menjadi US$ 88,97 per barel. Minyak berjangka turun sekitar 3% pada perdagangan kemarin.

Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman untuk menghidupkan kembali permintaan karena ekonomi melambat secara tak terduga pada Juli. Aktivitas pabrik dan ritel tertekan oleh kebijakan nol-Covid Beijing dan krisis properti.


"Harga komoditas secara keseluruhan berada di bawah tekanan karena data ekonomi China Juli melukiskan gambaran pertumbuhan yang lebih suram dari yang diperkirakan sebelumnya, yang mendorong kekhawatiran baru pada prospek permintaan," tulis Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar dari IG Group, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Jokowi: Fundamental Ekonomi Indonesia Tetap Baik di Tengah Ketidakpastian Global

Ekspor produk bahan bakar China diperkirakan akan pulih pada Agustus mendekati level tertinggi setahun setelah Beijing mengeluarkan lebih banyak kuota. Ini menambah tekanan pada margin penyulingan yang sudah turun.

Investor juga menyaksikan pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Lebih banyak minyak dapat memasuki pasar jika Iran dan Amerika Serikat (AS) menerima tawaran dari Uni Eropa, yang akan menghapus sanksi terhadap ekspor minyak Iran.

Iran menanggapi rancangan teks final Uni Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 pada hari Senin, kata seorang pejabat Uni Eropa. Tetapi dia tidak memberikan rincian tentang tanggapan Iran terhadap teks tersebut. Menteri luar negeri Iran meminta AS untuk menunjukkan fleksibilitas untuk menyelesaikan tiga masalah yang tersisa.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, WTI Bergerak di Bawah US$ 90 per Barel

Energy Information Administration AS memperkirakan, total produksi di cekungan minyak serpih utama AS akan naik menjadi 9,05 juta barel per hari pada September, tertinggi sejak Maret 2020.

Pelaku pasar menunggu data industri tentang stok minyak mentah AS yang akan dirilis Selasa nanti. Stok minyak dan bensin kemungkinan turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan naik, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada hari Senin.

Premi untuk WTI berjangka bulan depan atas pemuatan barel dalam enam bulan berada di US$ 3,46 per barel pada hari Selasa, level terendah dalam empat bulan. Angka ini menunjukkan berkurangnya pengetatan dalam pasokan yang cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati