KONTAN.CO.ID - JAKARRTA. Harga minyak naik untuk pekan ketiga berturut-turut ke level tertinggi hampir tiga tahun pada hari Jumat (24/9). Gangguan produksi global telah memaksa perusahaan energi untuk menarik sejumlah besar minyak mentah dari persediaan. Kenaikan harga minyak sedikit teredam oleh penjualan publik pertama cadangan minyak mentah negara di China. Pada Jumat (24/9), harga minyak Brent kontrak November 2021 di ICE Futures berjangka naik 1,1%, menjadi US$ 78,09 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,9%, menjadi menetap di US$ 73,98.
Ini adalah harga penutupan tertinggi untuk Brent sejak Oktober 2018 dan untuk WTI sejak Juli 2021. Kedua kontrak minyak ini mencapai level tertinggi dalam dua hari berturut-turut.
Baca Juga: Harga emas turun 0,22% sepekan di tengah ancang-ancang kenaikan suku bunga Secara mingguan, harga minyak Brent naik tiga pekan berturut-turut. Sedangkan harga minyak WTI naik lima pekan beruntun. Kenaikan harga minyak WTI terutama disebabkan oleh gangguan output Pantai Teluk AS dari Badai Ida pada akhir Agustus. Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 3,01%. Sedangkan harga minyak Brent naik 3,65% dalam sepekan terakhir. "Karena harga minyak berada di jalur untuk menutup kenaikan satu minggu lagi, pasar menilai dampak gangguan pasokan yang berkepanjangan dan kemungkinan penarikan penyimpanan yang akan diperlukan untuk memenuhi permintaan kilang," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Energi Rystad seperti dikutip
Reuters. Gangguan dapat berlangsung selama berbulan-bulan dan telah menyebabkan penarikan tajam dalam persediaan AS dan global. Para trader minyak mengatakan bahwa penyulingan minyak AS sedang berburu untuk menggantikan minyak mentah Teluk dan beralih ke minyak Irak dan Kanada.
Baca Juga: Ekonom ingatkan pemerintah untuk hati-hati dengan commodity boom Impor minyak mentah India naik ke puncak tiga bulan pada Agustus. Impor minyak ini rebound dari Juli yang mendekati level terendah satu tahun. Beberapa anggota OPEC+ berjuang untuk meningkatkan produksi karena kurangnya investasi atau penundaan pemeliharaan selama pandemi. Rusia mengatakan akan tetap menjadi pemasok energi yang andal ke pasar global. Iran, yang ingin mengekspor lebih banyak minyak, mengatakan akan segera kembali ke pembicaraan dan melanjutkan kepatuhan dengan kesepakatan nuklir Iran 2015. Tapi, anggota OPEC ini tidak memberikan tanggal spesifik.
Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mengatakan bahwa pasokan dari Iran mungkin belum akan masuk tahun ini. Dia memperkirakan negosiasi akan menjadi proses yang berlarut-larut. Analis UBS memperkirakan bahwa harga minyak Brent bisa mencapai US$ 80 pada akhir September. Kenaikan harga disebabkan oleh penarikan stok, produksi OPEC yang lebih rendah, dan permintaan Timur Tengah yang lebih kuat.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri: Harga komoditas masih tetap tinggi hingga akhir 2021 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati