Harga Minyak Mendekati US$ 79 per Barel



JAKARTA. Menjelang pergantian tahun, harga minyak mentah dunia terus merangsek mendekati level US$ 79 per barel. Sampai pukul 20.30 WIB semalam, harga minyak WTI pengiriman Februari 2010 di New York Merchantile Exchange (NYMEX) Amerika Serikat (AS) berada di angka US$ 78,76 per barel. Jika menghitungnya dari awal tahun sampai kemarin, harga minyak mentah sudah melompat 30,74%.Selain spekulasi pemulihan ekonomi global, penguatan harga minyak juga dipicu oleh penurunan pasokan minyak di AS. Para analis yang disurvei Bloomberg menghitung cadangan minyak mentah AS pada pekan lalu turun sebanyak 1,85 juta barel.Faktor geopolitik dunia, terutama di Timur Tengah juga bisa menyulut harga minyak. "Ketegangan di Iran selalu menjadi faktor pemicu naiknya harga minyak. Kejadian besar di sana akan mempengaruhi ekspor minyak mereka," kata Alexandra Kogelnig, Konsultan JBC Energy di Wina, seperti dikutip Bloomberg, kemarin. Maklum, Iran merupakan negara yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar kedua di dunia.Apelles R.T. Kawengian, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Monex Investindo Futures menambahkan, musim dingin di sejumlah kawasan juga ikut menggenjot permintaan minyak. Apalagi, kata dia, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) berkepentingan menjaga harga minyak di rentang US$ 70-US$ 80 per barel, sepanjang 2009. Apelles memprediksi, hari ini minyak akan bermain di kisaran US$ 80 per barel. "Ekonomi dunia mulai pulih sehingga permintaan minyak terus mengalir," kata dia.Ibrahim, General Manajer PT Asia Kapitalindo Futures menilai, para spekulan juga memanfaatkan pelemahan dollar AS untuk beralih ke minyak. Meski begitu, kata dia, tingginya permintaan turut mengangkat harga minyak. Musim dingin membuat sejumlah negara menggenjot permintaan minyak hingga 10%. "Permintaan tertinggi datang dari AS. Sebab, empat negara bagian di AS membutuhkan energi cukup besar," ucap Ibrahim.Ia memperkirakan, pada kuartal II-2010 harga minyak akan melambung hingga US$ 100 per barel. Kenaikan harga minyak kemungkinan dipicu oleh perpanjangan stimulus oleh sejumlah negara, terutama AS. "Jika AS menetapkan perpanjangan stimulus, negara lain akan mengikutinya," ujar Ibrahim. Tapi, kata Ibrahim, pasar derivatif masih menjadi penopang pergerakan harga minyak. Permintaan di pasar ini sudah mencapai 1,33 miliar barel per hari. Sedangkan permintaan minyak riil hanya sekitar 84 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test