Harga minyak mendidih berkat rencana pemotongan produksi tambahan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah kembali menguat merespon harapan pemangkasan produksi minyak Arab Saudi dan kekompakan bank sentral yang berusaha menjaga kestabilan ekonomi di tengah tekanan sentimen virus korona. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/3) harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 menguat 3,33% ke US$ 48,31 per barel. 

Analis Kapital Global Investama Alwi Assegaf mengatakan, harga minyak dunia naik karena muncul harapan dari OPEC+ akan mengurangi produksi minyak untuk menstabilkan harga minyak. 


"Tanggal 5-6 Maret OPEC+ akan melakukan rapat dengan agenda membahas proposal dari Arab Saudi yang mengusulkan untuk memangkas produksi minyak 1 juta barel per hari," kata Alwi, Selasa (3/3). 

Baca Juga: Harga minyak lanjutkan penguatan, Brent ke US$ 52,46 dan minyak WTI US$ 47,46

Sementara, pelaku pasar sudah merespon positif dan memperkirakan anggota OPEC+ lain seperti Rusia akan menyetujui proposal Arab Saudi tersebut. Alhasil, sentimen ini membawa naik harga minyak. 

Tetapi yang perlu diingat, kenaikan harga minyak kini masih dibayangi sentimen negatif dari penyebaran virus corona yang mengancam pertumbuhan ekonomi global. 

"Ketika ekonomi global menurun maka permintaan minyak akan melambat," kata Alwi. 

Namun, di sisi lain risk appetite kembali muncul. Lihat saja, Selasa (3/3) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik naik 2,9% ke level 5.518.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi sedikit mereda setelah bank sentral dunia bekerjasama agar ekonomi dunia terhindar dari kejatuhan dan mereka siap menstabilkan pasar dengan memberi stimulus seperti pemangkasan suku bunga. 

Alwi melihat kekompakan bank sentral global untuk menjaga kestabilan ekonomi menjadi sinyal positif bagi harga minyak."Stimulus pemangkasan suku bunga menggairahkan pasar dan turut  membantu harga minyak naik," kata Alwi.

Editor: Anna Suci Perwitasari