JAKARTA. Setelah terpuruk, harga minyak mentah WTI kembali memanas, menyentuh level tertingginya sejak Juli 2015. Kenaikan ditopang fundamental yang sedang berpihak pada minyak WTI. Mengutip
Bloomberg, Rabu (8/6) pukul 15.00 WIB, kontrak harga minyak WTI pengiriman Juli 2016 di New York Mercantile Exchange terangkat 0,20% ke level US$ 50,46 per barel. Dus, sepekan terakhir, harga minyak pun terbang 2,95%. Analis PT Finex Berjangka Nanang Wahyudin mengatakan, harga minyak WTI kini sedang bergerak dalam rentang baru. "Kisarannya sekarang positif yakni di antara US$ 49,00–US$ 60,00 per barel," ujarnya memproyeksi.
Menanjaknya harga minyak tertopang oleh laporan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang melorot. Dalam laporan American Petroleum Institute (API) cadangan minyak komersial AS turun 3,6 juta barel. Pasar juga tengah menanti sajian cadangan minyak AS dari Energy Information Administration (EIA) yang diduga anjlok 3,2 juta barel. "Kalau dirilis sesuai prediksi harga pasti akan terjaga di atas level US$ 50,00 per barel pada Kamis (9/6)," jelas Nanang. Tetap waspada Katalis positif atas harga minyak juga datang dari Nigeria. Nizar Hilmy, Analis PT SoeGee Futures menjelaskan, laporan serangan militan membuat produksi minyak Nigeria turun 1 juta barel per hari. Namun Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut, pasar tetap harus waspada. Sebab, secara fundamental jangka panjang, pasar global masih dibayangi oleh kelebihan pasokan. "Tingginya harga saat ini akan membuat produsen kembali menggenjot produksi untuk memanfaatkan keadaan," jelas Deddy. Saudi Aramco dan Kuwait Petroleum Corp sudah merilis rencana kenaikan produksinya. Ini jelas akan jadi batu sandungan bagi harga minyak. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh World Bank dari 2,9% menjadi 2,4% di 2016 juga akan membuat permintaan minyak belum akan bergerak.
Meski demikian, analis sepakat tren pergerakan harga minyak sudah lebih baik. Dari sisi teknikal harian, Nizar menganalisa harga minyak bergerak di atas MA 10 dan 25 yang terus mengangkat harga. Garis MACD di area positif 1,4 berpola
uptrend. Begitu juga RSI level 70% yang naik. Hanya saja stochastic level 94 sudah masuk area
overbought bisa memicu koreksi tipis terjadi. Makanya, Nizar menduga harga minyak Kamis (9/6) bergerak di kisaran US$ 50,00– US$ 52,00 per barel. Deddy memprediksi pekan depan minyak di US$ 51,00- US$ 52,00 per barel. Adapun Nanang menebak pekan depan harga minyak US$ 49,00-US$ 53,00 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie