JAKARTA. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi sejak Mei 2011 akibat jatuhnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Suplai minyak pun berpotensi terganggu akibat ketegangan di Ukraina dan Libya.Mengutip Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengiriman Juli 2014 di New York Mercantile Exchange pada Jumat (23/5) meningkat 0,59% dari hari sebelumnya di level US$ 104,35 per barel. Harga minyak naik 2,72% selama sepekan terakhir atau 8,19% sejak akhir 2013.Data Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, pasokan minyak mentah AS turun sebanyak 7,23 juta barel dalam tujuh hari yang berakhir 16 Mei 2014. Stok minyak di Cushing, Oklahoma, yang merupakan pusat pengiriman WTI turunĀ menjadi 23,4 juta barel.Akibatnya, persediaan minyak mentah AS pada periode itu menyusut ke 391,3 juta barel. Menurut EIA, ini merupakan tingkat persediaan terendah dalam enam minggu.Selain faktor stok minyak AS, harga minyak juga tersulut akibat kian memanasnya konflik di Ukraina. Hal ini sebagai reaksi atas penyelenggaraan pemilihan presiden pada Minggu (25/5). Tidak hanya di Ukraina, ketegangan juga tengah berlangsung di Libya yang merupakan produsen minyak utama di Afrika.Gangguan keamananNizar Hilmy, analis PT SoeGee, mengatakan, pengaruh konflik geopolitik Ukraina lebih dominan. Menurutnya, eskalasi ketegangan di Ukraina menjadi pemicu utama kenaikan harga minyak. Sebab, jelang pemilihan presiden Ukraina, gerakan separatis pro Rusia semakin tak terkendali dan telah menewaskan 17 pasukan Ukraina. "Konflik ini menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar sehingga harga minyak melambung," ungkap Nizar.Selain Ukraina, ketegangan di Libya mengganggu pasokan minyak sehingga harga bullish. Menurut Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, penutupan beberapa lapangan minyak di Libya mengakibatkan produksi minyak turun dari 300.000 barel per hari menjadi 200.000 barel per hari.Secara teknikal, kata Ariston, indikator garis moving average convergence divergence (MACD) melewati garis 0 yang mengindikasikan penguatan. Indikator stochastic berada di area jenuh beli (overbought). Lalu, indikator relative strength index (RSI) berada di level 63% mencerminkan penguatan. Harga masih berpeluang naik, namun sudah terlihat formasi double top di US$ 104,30 per barel. Jadi ada peluang koreksi ke area US$ 102,80-US$ 101,70 per barel. Sementara, harga berada di atas moving average 50, 100, dan 200.Dalam sepekan, Ariston memprediksi harga minyak bergulir di US$ 102,80-US$ 104,30 per barel. Sedangkan hingga akhir semester harga di US$ 101,70-US$ 105,00 per barel. Sementara Nizar menduga harga minyak sepekan di US$ 99-US$ 103 per barel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga minyak mendidih lagi
JAKARTA. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi sejak Mei 2011 akibat jatuhnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Suplai minyak pun berpotensi terganggu akibat ketegangan di Ukraina dan Libya.Mengutip Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengiriman Juli 2014 di New York Mercantile Exchange pada Jumat (23/5) meningkat 0,59% dari hari sebelumnya di level US$ 104,35 per barel. Harga minyak naik 2,72% selama sepekan terakhir atau 8,19% sejak akhir 2013.Data Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, pasokan minyak mentah AS turun sebanyak 7,23 juta barel dalam tujuh hari yang berakhir 16 Mei 2014. Stok minyak di Cushing, Oklahoma, yang merupakan pusat pengiriman WTI turunĀ menjadi 23,4 juta barel.Akibatnya, persediaan minyak mentah AS pada periode itu menyusut ke 391,3 juta barel. Menurut EIA, ini merupakan tingkat persediaan terendah dalam enam minggu.Selain faktor stok minyak AS, harga minyak juga tersulut akibat kian memanasnya konflik di Ukraina. Hal ini sebagai reaksi atas penyelenggaraan pemilihan presiden pada Minggu (25/5). Tidak hanya di Ukraina, ketegangan juga tengah berlangsung di Libya yang merupakan produsen minyak utama di Afrika.Gangguan keamananNizar Hilmy, analis PT SoeGee, mengatakan, pengaruh konflik geopolitik Ukraina lebih dominan. Menurutnya, eskalasi ketegangan di Ukraina menjadi pemicu utama kenaikan harga minyak. Sebab, jelang pemilihan presiden Ukraina, gerakan separatis pro Rusia semakin tak terkendali dan telah menewaskan 17 pasukan Ukraina. "Konflik ini menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar sehingga harga minyak melambung," ungkap Nizar.Selain Ukraina, ketegangan di Libya mengganggu pasokan minyak sehingga harga bullish. Menurut Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, penutupan beberapa lapangan minyak di Libya mengakibatkan produksi minyak turun dari 300.000 barel per hari menjadi 200.000 barel per hari.Secara teknikal, kata Ariston, indikator garis moving average convergence divergence (MACD) melewati garis 0 yang mengindikasikan penguatan. Indikator stochastic berada di area jenuh beli (overbought). Lalu, indikator relative strength index (RSI) berada di level 63% mencerminkan penguatan. Harga masih berpeluang naik, namun sudah terlihat formasi double top di US$ 104,30 per barel. Jadi ada peluang koreksi ke area US$ 102,80-US$ 101,70 per barel. Sementara, harga berada di atas moving average 50, 100, dan 200.Dalam sepekan, Ariston memprediksi harga minyak bergulir di US$ 102,80-US$ 104,30 per barel. Sedangkan hingga akhir semester harga di US$ 101,70-US$ 105,00 per barel. Sementara Nizar menduga harga minyak sepekan di US$ 99-US$ 103 per barel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News