KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun pada perdagangan Kamis (3/2) di tengah aksi ambil untung. Tetapi tetap mendapatkan dukungan dari pasokan yang ketat karena OPEC+ terjebak pada rencana peningkatan produksi moderat. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 73 sen atau 0,8% menjadi US$88,74 per barel pada 1345 GMT, setelah naik 31 sen pada hari Rabu. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 84 sen, atau 0,9%, menjadi US$87,42 per barel, setelah naik 6 sen pada hari sebelumnya.
"Risiko dari lingkungan dan dolar yang sedikit lebih kuat adalah salah satu pendorong yang membebani harga minyak mentah," kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Baca Juga: Vladimir Putin & Xi Jinping Bertemu, Perkuat Hubungan di Tengah Kemelut Dengan Barat "Yang lainnya mungkin adalah kesadaran bahwa ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah sejauh ini tidak mengganggu produksi minyak." Namun, pasokan global yang ketat dan ketegangan geopolitik itu telah mendorong harga minyak sekitar 15% sepanjang tahun ini. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada hari Rabu untuk mempertahankan kenaikan bulanan sebesar 400.000 barel per hari (bph) dalam produksi minyak meskipun ada tekanan dari konsumen utama untuk meningkatkan produksi lebih cepat. "Pada saat ini, bahkan jika OPEC+ meningkat lebih cepat, ini hanya akan mengorbankan tingkat kapasitas cadangan yang sangat rendah," kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan. Goldman Sachs, yang memperkirakan Brent mencapai US$100 per barel pada kuartal ketiga, telah memperkirakan bahwa OPEC+ dapat mempertimbangkan pengurangan produksi yang lebih cepat. Sebuah ledakan telah mengguncang kapal produksi minyak milik Nigeria's Shebah Exploration & Production Company Ltd (SEPCOL) dengan kapasitas 22.000 barel per hari, kata kepala eksekutif perusahaan Ikemefuna Okafor, Kamis.
Baca Juga: Kenaikan Harga Komoditas Energi Berimbas ke APBN, Begini Kata Ekonom Nigeria telah berjuang untuk memenuhi kuota produksinya di bawah kesepakatan OPEC+ karena kurangnya investasi, meskipun ledakan itu tidak mungkin berdampak besar pada output. Pada Rabu (2/2), Administrasi Informasi Energi AS mengatakan, stok minyak mentah AS turun 1 juta barel pekan lalu. Sementara persediaan sulingan juga turun di tengah permintaan yang kuat baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor. Prakiraan cuaca dingin untuk Amerika Serikat bagian tengah dan sebagian Timur Laut minggu ini juga memberi harga dasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto