Harga Minyak Menguat Akibat Kerusuhan Kazakhstan dan Gangguan Pasokan Libya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat lagi jelang akhir pekan. Jumat (7/1) pukul 7.40 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,18% ke US$ 79,60 per barel dari penutupan perdagangan kemarin pada US$ 79,46 per barel.

Kemarin, harga minyak naik sekitar 2% di tengah meningkatnya kerusuhan di produsen minyak OPEC+ Kazakhstan dan kebuntuan pasokan di Libya.

Rusia mengirim pasukan terjun payung ke Kazakhstan untuk membantu memadamkan pemberontakan di seluruh negeri setelah kekerasan mematikan menyebar di bekas negara Soviet yang dikontrol ketat.


Baca Juga: Harga Emas Bergerak di Bawah US$ 1.800 per Ons Troi Jelang Akhir Pekan

Tidak ada indikasi bahwa produksi minyak di Kazakhstan terpengaruh sejauh ini. Negara ini memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak per hari.

Sementara itu di Libya, produksi minyak berada pada 729.000 barel per hari. National Oil Corp menyebut produksi turun dari tertinggi lebih dari 1,3 juta barel per hari tahun lalu karena pemeliharaan dan penutupan ladang minyak.

Harga telah reli sejak awal tahun meskipun OPEC+ berpegang teguh pada kenaikan target produksi yang disepakati dan lonjakan stok bahan bakar AS. "Produksi OPEC, meskipun meningkat, mengecewakan pasar karena tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago kepada Reuters.

Baca Juga: Jumlah Klaim Mingguan Terbaru Tunjangan Pengangguran Orang-orang Amerika Naik

OPEC+ pada hari Selasa sepakat untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Februari. Namun, peningkatan produksi OPEC pada bulan Desember kurang dari kenaikan yang direncanakan karena kendala kapasitas.

JP Morgan memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai rata-rata di US$ 88 per barel pada 2022, naik dari US$ 70 tahun lalu.

"Kami sekarang mengasumsikan aliansi akan sepenuhnya mengembalikan pemangkasan sebelumnya 2,96 juta barel per hari pada September 2022," kata analis JP Morgan dalam sebuah catatan.

Data pemerintah pada hari Rabu menunjukkan bahwa persediaan bensin AS melonjak lebih dari 10 juta barel pekan lalu. Ini adalah kenaikan mingguan terbesar sejak April 2020 akibat berkurangnya permintaan bahan bakar.

Persediaan minyak mentah di Amerika Serikat turun selama enam minggu berturut-turut pada akhir tahun menjadi 417,9 juta barel, terendah sejak September.

Baca Juga: Wall Street Memperpanjang Penurunan Pada Kamis (6/1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati