Harga Minyak Menguat Dalam Tiga Pekan Beruntun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Jumat dan bersiap untuk lonjakan mingguan ketiga berturut-turut. Penguatan harga minyak didukung oleh meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) akan segera mulai menurunkan suku bunga dan memperkuat margin penyulingan yang kompleks.

Jumat (28/6) pukul 13.20 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 48 sen atau 0,56% menjadi US$ 86,87 per barel. Kontrak Brent untuk bulan September naik 0,53% menjadi US$ 85,71 per barel.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Agustus naik 52 sen atau 0,64% menjadi US$ 82,26 per barel.


Brent dan WTI berjangka telah naik hampir 2% sepanjang minggu ini. Kedua tolok ukur tersebut juga berada di jalur kenaikan lebih dari 6% secara bulanan.

Baca Juga: Resmi! Pemerintah Putuskan Tarif Listrik Triwulan III Tidak Naik

“Minyak mentah naik tipis meskipun fundamental jangka pendek lemah,” kata analis ANZ seperti dikutip Reuters. ANZ mengacu pada kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS meskipun ada ekspektasi penurunan selama puncak permintaan musim panas.

ANZ menambahkan, harga naik di tengah nada risk-on di pasar yang lebih luas. Ini dipicu oleh data yang mengisyaratkan pelemahan lebih lanjut pasar tenaga kerja AS.

Meningkatnya ekspektasi terhadap siklus pelonggaran kebijakan The Fed dalam waktu dekat telah memicu peningkatan risiko di pasar saham. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 64% untuk pemotongan suku bunga pertama The Fed pada bulan September, naik dari 50% pada bulan lalu, menurut alat CME FedWatch.

Pelonggaran suku bunga bisa menjadi keuntungan bagi minyak karena dapat meningkatkan permintaan konsumen.

Baca Juga: Harga Minyak Diramal Naik, Imbas Ketegangan Timur Tengah & Kekhawatiran Ekonomi China

Pemulihan margin penyulingan fisik juga mendukung pasar, dengan margin penyulingan kompleks Singapura rata-rata lebih tinggi US$ 1 di bulan Juni, dibandingkan bulan Mei, yaitu sekitar US$ 3,60 per barel.

Yang membatasi kenaikan harga minyak adalah kehati-hatian terhadap fluktuasi dolar AS yang berada pada level tertinggi dalam dua bulan. Selain itu masih ada ketidakpastian politik di Prancis yang berdampak buruk pada permintaan minyak.

“Faktor risiko penurunan yang berperan terkait dengan volatilitas dolar AS, mengingat inflasi inti PCE AS yang akan dirilis hari ini,” kata analis pasar senior OANDA Kelvin Wong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati