Harga Minyak Menguat di Tengah Potensi Resesi Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat di tengah ketatnya pasokan meski ada potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Selasa (21/6) pukul 7.15 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,89% ke US$ 110,54 per barel ketimbang akhir pekan lalu.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 di ICE Futures menguat 0,31% ke US$ 114,49 per barel ketimbang penutupan perdagangan kemarin.

"Kita memiliki dua narasi yang benar-benar bersaing, salah satunya adalah sanksi terhadap pasokan Rusia (harga pendukung). Di sisi lain, kami melihat harga yang tinggi mengakibatkan anjloknya permintaan," kata Andrew Lipow, konsultan minyak Houston kepada Reuters.


"Pasokan akan tetap ketat dan terus mendukung harga minyak yang tinggi. Harga wajar untuk ICE Brent masih di sekitar US$ 120," kata analis PVM Stephen Brennock.

Baca Juga: BI Diproyeksi Baru Kerek Suku Bunga di Semester II-2022, Ini Kata Ekonom

"Kasus bullish tetap jauh lebih meyakinkan," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Analis dan investor mengatakan mereka yakin resesi lebih mungkin terjadi setelah Federal Reserve AS pada Rabu menyetujui kenaikan suku bunga terbesar dalam lebih dari seperempat abad untuk menahan lonjakan inflasi. Bank of England dan Swiss National Bank minggu lalu pun mengambil pendekatan serupa.

"Penurunan harga yang tajam pada hari Jumat dapat dilihat sebagai reaksi tertunda terhadap kekhawatiran tentang resesi yang telah membebani harga komoditas lain untuk beberapa waktu," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

Impor minyak mentah China dari Rusia pada Mei melonjak 55% dari tahun sebelumnya ke rekor tertinggi, menggusur Arab Saudi sebagai pemasok utama. Kuota ekspor China telah mengakibatkan penurunan pengiriman produk minyak.

Baca Juga: Diskon Besar-besaran, China Borong Minyak Rusia

Produksi minyak Libya tetap bergejolak menyusul blokade oleh kelompok-kelompok di timur Libya. Produksi minyak Libya baru-baru ini dipatok pada 700.000 per hari.

Sementara itu, prospek pengurangan sanksi Iran yang dapat menghasilkan peningkatan yang berarti dalam ekspor minyak mentah negara itu semakin berkurang.

Ada beberapa mitigasi untuk pasokan yang ketat dengan pelepasan cadangan minyak strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Produksi minyak mentah mingguan di Amerika Serikat, produsen utama dunia, juga telah kembali ke tingkat sebelum pandemi karena jumlah rig meningkat perlahan.

Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis pada Selasa (21/6) Pagi, Pasar Menunggu Sinyal Bank Sentral

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati