Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam sebulan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam hampir sebulan terakhir. Pasar komoditas energi ini menunggu data stok minyak terbaru Amerika Serikat (AS) meski tensi Iran-AS masih menjadi sorotan utama.

Rabu (26/6) pukul 7.20 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 58,94 per barel, menguat 1,92% jika dibandingkan dengan harga kemarin pada US$ 57,83 per barel.

Ini adalah harga minyak WTI berjangka tertinggi sejak 30 Mei 2019. Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini menguat 9,21%.


Pergerakan serupa terjadi pada minyak brent. Harga minyak brent untuk pengiriman Agustus 2019 di ICE Futures berada di US$ 65,95 per barel, menguat 1,38% dalam sehari.

Harga minyak acuan internasional ini pun mencapai level tertinggi sejak 30 Mei 2019. Dalam sepekan, harga minyak brent menguat 6,68%.

American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 7,55 juta barel pada sepekan lalu. Data Energy Information Administration (EIA) akan dirilis nanti malam. Menurut survei, data stok minyak EIA diperkirakan turun 2,8 juta barel pada pekan lalu.

"Harga minyak mungkin akan sulit mencari arah dalam beberapa hari ini karena ada faktor tarik-menarik antara bullish dan bearish," kata Josh Graves, senior market strategist RJO Futures kepada Reuters.

Investor berharap ada kemajuan pada negosiasi dagang antara AS dan China pada pertemuan G20 pekan ini. "Pertemuan AS-China di sela G20 bisa menandakan pemulihan hubungan lebih lanjut, tapi pasar membutuhkan sesuatu yang bisa dipegang," kata Gene McGillian, vice president of market research Tradition Energy.

Dalam siaran pers kemarin, API mengungkapkan bahwa jika AS menaikkan tarif impor atas US$ 300 produk dari China, maka konsumen sektor energi AS akan terkena dampak. "Penerapan tarif atas seluruh sisa impor China akan menyebabkan ketegangan pada rantai pasokan industri gas dan minyak bumi yang memungkinkan pengiriman energi yang dapat diandalkan dan terjangkau bagi keluarga dan pebisnis AS," ungkap Aaron Padilla, senior advisor for international policy API.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati