Harga Minyak Menguat pada Rabu (14/8) Pagi, Konflik Timur Tengah Masih Membayangi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah menguat pada pagi ini setelah turun di perdagangan kemarin. Potensi meluasnya perang di Timur Tengah mereda karena Iran belum bertindak atas ancaman untuk membalas Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas di Teheran.

Rabu (14/8) pukul 6.37 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,57% ke US$ 78,80 per barel. 

Harga minyak WTI dan Brent turun pada hari Selasa karena para pedagang mulai tidak khawatir lagi dengan potensi meluasnya perang di Timur Tengah.


Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group mengatakan bahwa pasar memperkirakan serangan Iran terhadap Israel dalam waktu 24 jam hingga 48 jam. Prediksi ini belum terjadi.

"Sehingga pasar menghilangkan premi risiko itu dari harga minyak mentah," kata Flynn kepada Reuters.

 Baca Juga: Menyikapi Gejolak Bursa Saham dan Potensi Resesi AS

Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2024 tidak berubah tetapi memangkas estimasi tahun 2025. Prediksi permintaan minyak yang lebih rendah tahun depan karena dampak dari lesunya konsumsi Tiongkok terhadap pertumbuhan ekonomi.

Harga minyak Brent pada hari Senin naik lebih dari 3%, ditutup pada US$ 82,30 per barel setelah mencapai harga penutupan terendah dalam tujuh bulan, US$ 76,30, seminggu sebelumnya.

Juga pada hari Senin, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (PEC) memangkas permintaan yang diharapkan pada tahun 2024. OPEC+ bertujuan untuk meningkatkan produksi mulai Oktober.

Baca Juga: Wall Street Melonjak, Data Harga Produsen yang Rendah Perkuat Harapan Penurunan Bunga

Eskalasi di Timur Tengah dapat membahayakan pasokan minyak mentah dari wilayah penghasil minyak utama. Tetapi perang yang lebih luas tampaknya kurang mungkin terjadi karena Iran menyarankan pembicaraan gencatan senjata baru dengan Hamas dapat mencegah pembalasan.

"Kami melihat penguapan premi risiko geopolitik," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch Associates.

AS telah bersiap menghadapi kemungkinan serangan signifikan oleh Iran atau proksinya di kawasan tersebut minggu ini, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby pada hari Senin.

Pasar juga menunggu laporan indeks harga konsumen AS hari Rabu yang akan memberikan gambaran penting tentang inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati