KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada minggu ini setelah turun dalam tiga pekan berturut-turut. Investor mempertimbangkan perkiraan kuatnya permintaan minyak mentah dan bahan bakar pada tahun 2024. Harga minyak WTI kontrak Juli 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,22% ke US$ 78,45 per barel pada Jumat (16/6). Dalam sepekan, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) menguat 3,87%. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2024 di ICE Futures turun 0,16% ke US$ 82,62 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini menguat 3,77%.
Kenaikan kedua acuan harga minyak ini merupakan persentase kenaikan tertinggi sejak April. Kedua benchmark tersebut tergelincir setelah survei menunjukkan sentimen konsumen AS melemah pada bulan Juni ke level terendah dalam tujuh bulan. “Data yang dihasilkan jauh lebih rendah dari perkiraan,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho kepada
Reuters. Ini berarti rata-rata konsumen tidak yakin bahwa situasi ekonomi membaik.
Baca Juga: Rencana Pengadaan di Hulu Migas Capai US$ 13,9 Miliar pada 2024, Target TKDN 57% Penurunan harga minyak di perdagangan terakhir pekan ini dibatasi oleh perkiraan permintaan yang kuat. Badan Informasi Energi (EIA) AS sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2024. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraan pertumbuhan yang relatif kuat sebesar 2,2 juta barel per hari (bph). Sementara itu Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan menjadi di bawah 1 juta barel per hari. Namun, ketiga lembaga ini memperkirakan defisit pasokan setidaknya sampai awal musim dingin. Juga pada minggu ini, Federal Reserve AS mempertahankan suku bunganya. Investor yakin penurunan suku bunga tidak mungkin terjadi sebelum bulan Desember. “Mengingat prospek ekonomi yang masih tidak menentu di kawasan ekonomi utama, kenaikan harga lebih lanjut diperkirakan tidak akan terjadi untuk saat ini,” kata analis Commerzbank Barbara Lambrecht. Jumlah rig minyak aktif AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun empat menjadi 488 pada minggu ini ke level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir di Tengah Prospek Permintaan Tahun 2024 yang Solid Sementara Rusia berjanji untuk memenuhi kewajiban produksinya berdasarkan pakta OPEC+ setelah mengatakan pihaknya melebihi kuota pada bulan Mei. Harga minyak merosot pekan lalu setelah OPEC dan sekutunya mengatakan mereka akan menghentikan pengurangan produksi secara bertahap mulai bulan Oktober.
“Tidak peduli berapa kali mereka berjanji untuk memperbaiki kepatuhan yang buruk di masa depan, pasar hanya melihat lebih banyak minyak dan kesepakatan yang mungkin saja gagal,” kata analis PVM John Evans. Fokus pasar juga tertuju pada perundingan gencatan senjata di Gaza, yang dapat mengurangi kekhawatiran mengenai potensi gangguan terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut. Manajer keuangan menaikkan posisi
net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam pekan hingga 11 Juni, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada hari Jumat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati