Harga Minyak Menguat Terangkat Penurunan Stok Minyak AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat pada hari Rabu setelah data menunjukkan penarikan yang lebih besar dari yang diharapkan dalam stok minyak mentah Amerika Serikat (AS). Tetapi kenaikan harga minyak dibatasi oleh meningkatnya kekhawatiran atas permintaan di China dan badai salju yang diperkirakan akan melanda perjalanan AS.

Rabu (21/12) pukul 18.05 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,93% ke US$ 76,94 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Februari 2023 di ICE Futures menguat 1,02% ke US$ 80,81 per barel. 

Persediaan minyak mentah AS turun sekitar 3,1 juta barel dalam sepekan hingga 16 Desember, kata sumber pasar yang mengutip data dari American Petroleum Institute. Sembilan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan 1,7 juta barel. Data resmi pemerintah akan dirilis nanti malam.


Berpotensi membatasi permintaan minyak, sebagian besar wilayah AS diperkirakan akan menghadapi salju lebat. Badai salju kemungkinan akan menyebabkan penundaan penerbangan dan jalan yang tidak dapat dilalui selama salah satu periode perjalanan tersibuk tahun ini.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Menguat, Badai Musim Dingin di AS Picu Kekhawatiran

Harga minyak juga didorong oleh komentar dari menteri energi Arab Saudi yang kemarin mengatakan bahwa langkah OPEC+ yang dikritik keras untuk memangkas produksi minyak ternyata merupakan keputusan yang tepat. 

"Komentar tersebut menunjukkan bahwa OPEC+ dapat terus menjaga ketat pasokan," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di China karena negara tersebut mulai membongkar kebijakan nol-Covid membuat harga minyak tidak bergerak lebih tinggi. Tapi impor minyak mentah China dari Rusia pada November naik 17% YoY karena kilang China bergegas mengamankan lebih banyak kargo menjelang batas harga yang diberlakukan oleh negara-negara G7 dan embargo Uni Eropa mulai 5 Desember.

Secara keseluruhan, ekspor minyak Rusia turun 11% secara bulanan untuk periode 1-20 Desember setelah embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku, menurut laporan surat kabar harian Kommersant.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati