KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah menguat pada hari ini setelah melemah dalam tiga hari berturut-turut. Jumat (21/5), pukul 14.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 naik 8 sen atau 0,1% menjadi US$ 65,19 per barel. Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2021 berada di level US$ 62,16 per barel setelah menguat 0,4%.
Namun, untuk pekan ini, kedua kontrak turun hampir 5% dan berada di jalur pelemahan mingguan terbesar sejak Maret lalu. Hal tersebut terjadi setelah presiden Iran mengatakan Amerika Serikat siap untuk mencabut sanksi pada sektor minyak, perbankan, dan ekspor negaranya. Iran dan AS telah melakukan pembicaraan sejak April untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dan pejabat Uni Eropa yang memimpin diskusi mengatakan pada Rabu bahwa ia yakin kesepakatan akan tercapai. "Kemajuan signifikan tampaknya telah dibuat dalam negosiasi nuklir yang sedang berlangsung di Wina dan sekitar 1 juta barel per hari tambahan dari minyak Iran tampaknya akan berpotensi mencapai pasar pada paruh terakhir tahun ini," tulis Helima Croft dari RBC Capital Markets di sebuah catatan. Namun, investor tetap optimistis tentang pemulihan permintaan bahan bakar saat musim panas ini karena program vaksinasi di Eropa dan Amerika Serikat akan memungkinkan lebih banyak orang untuk bepergian. Meskipun hal tersebut bersamaan dengan meningkatnya kasus di seluruh Asia yang dapat membebani konsumsi di kawasan itu.
Baca Juga: Naik tipis pagi ini (21/5), harga minyak mentah ambil jeda dari penurunan 3 hari Taruhan opsi pada harga minyak naik di atas US$ 100 per barel untuk kontrak Brent Desember 2021 telah melonjak, setelah data inflasi AS yang sangat kuat di minggu lalu. Dengan melihat data terbaru, analis JPMorgan memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai US$ 74 per barel pada akhir tahun 2021. Mengingat, untuk mencapai level di atas US$ 100 per barel, permintaan minyak perlu di atas rata-rata 102,6 juta barel per hari pada kuartal ketiga dan tumbuh menjadi 103,6 juta barel per hari pada kuartal keempat, kata JPMorgan, dengan tidak adanya respons tambahan pasokan OPEC+.
Sultan Ahmed Al Jaber, kepala eksekutif Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi mengatakan, bahwa permintaan minyak telah meningkat menjadi 95 juta barel per hari. "Peningkatan yang lebih agresif dalam produksi dan ekspor Iran dari yang diharapkan akan menjadi faktor pembatas lain pada fundamental yang menarik harga naik menuju US$ 100 per barel saja," kata JPMorgan. JPMorgan mengharapkan, produksi minyak mentah dan kondensat Iran naik menjadi 3,2 juta barel per hari pada Desember, dari sekitar 2,8 juta barel per hari pada kuartal pertama, dan hanya mencapai kapasitas penuh 4,2 juta barel per hari pada awal 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari