Harga Minyak Menguat Tipis pada Jumat (5/1) Pagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis pada Jumat (5/1) pagi setelah gangguan di ladang minyak utama Libya menambah kekhawatiran bahwa meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak global.

Jumat (5/1) pukul 7.35 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,15% ke US$ 72,30 per barel dari posisi kemarin US$ 72,19 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat 0,91% dari US$ 71,65 per barel pada Jumat (29/12) lalu.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Maret 2024 di ICE Futures kemarin turun 0,84% ke US$ 77,59 per barel. 


"Minyak didukung oleh protes di ladang minyak terbesar Libya dan serangan lebih lanjut di Laut Merah," kata Craig Erlam, analis pasar senior Inggris dan EMEA, di perusahaan data dan analisis OANDA kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Emas Bergerak Stabil Dalam Sepekan Pertama Tahun 2024

Di Libya, anggota OPEC, protes memaksa penghentian produksi di ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari (bpd).

Harga minyak juga naik setelah Israel mengintensifkan pengeboman di Jalur Gaza setelah perangnya dengan kelompok Hamas Palestina yang didukung Iran meluas hingga ke Lebanon dengan terbunuhnya wakil pemimpin Hamas di Beirut. Israel tidak membenarkan atau menyangkal bertanggung jawab.

Ketua kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon, yang juga didukung oleh Iran, memperingatkan pembunuhan wakil ketua Hamas adalah, "Kejahatan besar dan berbahaya yang tidak bisa kita diamkan".

Di Laut Merah, kelompok lain yang didukung Iran, Houthi di Yaman, terus menyerang kapal-kapal, memicu kekhawatiran bahwa konflik Timur Tengah yang lebih luas dapat berkembang dan menutup saluran transportasi minyak penting seperti Laut Merah dan Teluk Persia.

Di Iran, anggota OPEC, dua ledakan menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai banyak orang pada sebuah upacara untuk memperingati komandan utama Qassem Soleimani yang terbunuh oleh pesawat tak berawak AS pada tahun 2020.

Baca Juga: Pertamina Terima Dana Kompensasi BBM Sebesar Rp 132,44 Triliun

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan kerja sama dan dialog dalam aliansi produsen minyak OPEC+ yang lebih luas akan berlanjut setelah Angola bulan lalu mengumumkan akan meninggalkan kelompok tersebut.

OPEC+, yang mencakup OPEC dan sekutunya seperti Rusia, merencanakan pertemuan pada 1 Februari untuk meninjau penerapan pengurangan produksi minyak terbarunya.

Para pejabat Federal Reserve tampak semakin yakin bahwa inflasi telah terkendali, berdasarkan risalah pertemuan bank sentral AS pada bulan Desember. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada bulan Januari. Para pedagang telah memperhitungkan peluang 65,7% penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret, menurut FedWatch CMEgroup.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati