Harga minyak mentah acuan bertahan di atas US$ 40 per barel usai melesat 4%



KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah bergerak stabil pada awal perdagangan hari ini setelah berhasil kembali ke atas US$ 40 per barel pada sesi sebelumnya. Namun, harga emas hitam ini masih mendapat tekanan dari kekhawatiran pasar terhadap permintaan bahan bakar yang lemah usai Badai Sally melanda Teluk Meksiko di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Kamis (17/9) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2020 stabil di US$ 40,16 per barel. Pada sesi sebelumnya, harga WTI sudah melonjak 4,9%. 

Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman November 2020 naik 5 sen atau 0,1% menjadi US$ 42,27 per barel. Pada Rabu (16/9) harga Brent naik 4,2%.


Walau masih bertahan, harga minyak cenderung bergerak ke zona negatif setelah kenaikan stok bahan bakar jenis disel di AS lebih besar dari yang diharapkan. Kenaikan stok tersebut termasuk solar dan minyak pemanas, yang meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang lemah di ekonomi terbesar dunia itu.

Baca Juga: Mayoritas bursa Asia melemah, pasar saham menunggu pernyataan Bank of Japan

"Permintaan distillate adalah poin utama perhatian," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Kemarin, Energy Information Administration melaporkan stok distillate naik 3,5 juta barel pada pekan yang berakhir 11 September. Jumlah tersebut hampir enam kali lebih banyak dari yang diperkirakan analis.

Jumlah stok minyak jenis itu telah melonjak ke level tertinggi untuk tahun ini setidaknya sejak 1991, dan margin penyulingan AS untuk memproduksi distillate adalah yang terendah dalam 10 tahun, kata Dhar.

"Itu adalah disinsentif yang kuat bagi penyulingan untuk meningkatkan aktivitas dan secara langsung menandakan tekanan permintaan yang dihadapi serangkaian produk minyak," lanjut dia. 

Di sisi pasokan, perusahaan energi mulai mengembalikan awaknya ke anjungan minyak lepas pantai di Teluk Meksiko setelah Badai Sally mengamuk di darat. Hampir 500.000 barel per hari (bpd) produksi minyak lepas pantai Teluk Meksiko AS ditutup menjelang badai terbaru yang melanda wilayah tersebut.

Baca Juga: IHSG menguat di awal perdagangan Kamis (17/9) meski ada net sell asing

Panel Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, bertemu pada hari ini untuk meninjau pasar. Tetapi para analis melihat OPEC+ tidak mungkin merekomendasikan pemotongan lebih lanjut untuk produksi minyak meskipun terjadi penurunan harga baru-baru ini.

Sebelumnya, OPEC+ sudah setuju untuk memangkas produksi 7,7 juta barel per hari, atau sekitar 8%, dari permintaan global sejak Agustus hingga Desember. Irak dan negara-negara lain setuju untuk menaikkan di bawah kuota mereka pada bulan September untuk mengkompensasi kelebihan produksi awal tahun ini.

Selanjutnya: Turun tipis, harga minyak masih bertahan di atas US$ 40 per barel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari