KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun tipis pada hari Jumat (15/3), tetapi berada di jalur kenaikan lebih dari 3% untuk minggu ini. Hal ini didorong oleh Badan Energi Internasional yang menaikkan perkiraan permintaan minyak tahun 2024 dan penurunan stok Amerika Serikat (AS) yang tidak terduga. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 55 sen atau 0,6% menjadi US$84,87 per barel pada 1332 GMT, sehari setelah mencapai US$85 per barel untuk pertama kalinya sejak November.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 56 sen atau 0,6% menjadi US$80,70.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Tipis di Sore Ini, Brent Betah di Level US$ 85 Per Barel “Minggu ini kita melihat upaya paling signifikan dari para pembeli untuk mengguncang pasar,” kata Alex Kuptsikevich, senior market analyst di FxPro. “Jika minyak benar-benar berhasil meningkat, harga bisa naik ke US$88-US$90 dalam 2-3 minggu. Resistensi di US$92,5, di mana penjualan meningkat sejak Agustus 2022, adalah titik di mana minyak bisa menghadapi resistensi yang lebih kuat.” Harga minyak masih terikat pada kisaran hampir sepanjang bulan lalu, kira-kira antara US$80 hingga US$84 per barel. Sebelum IEA pada hari Kamis mengangkat pandangannya mengenai permintaan minyak pada tahun 2024 untuk keempat kalinya sejak November karena serangan Houthi mengganggu pelayaran di Laut Merah. Permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 1,3 juta barel per hari pada tahun 2024, kata IEA dalam laporan terbarunya, naik 110.000 barel per hari dari bulan lalu. Mereka memperkirakan akan terjadi sedikit defisit pasokan tahun ini jika anggota OPEC+ mempertahankan pengurangan produksi mereka setelah sebelumnya memperkirakan akan terjadi surplus. Kenaikan minggu ini terjadi meskipun dolar AS menguat pada laju tercepatnya dalam delapan minggu. Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Berada di Jalur Kenaikan Sekitar 4% pada Akhir Minggu Ini Yang juga mendukung harga adalah serangan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia, yang menyebabkan kebakaran di kilang terbesar Rosneft dalam salah satu serangan paling serius terhadap sektor energi Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Stok minyak mentah AS juga turun secara tak terduga pada minggu lalu karena kilang meningkatkan pemrosesan sementara persediaan bensin merosot karena permintaan meningkat, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan pada hari Rabu.
Dari sisi permintaan, bank sentral China tidak mengubah suku bunga kebijakannya karena pihak berwenang terus memprioritaskan stabilitas mata uang di tengah ketidakpastian mengenai perkiraan waktu penurunan suku bunga The Fed. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Di AS, beberapa tanda perlambatan aktivitas ekonomi dipandang tidak akan mendorong The Fed untuk mulai memotong suku bunganya sebelum bulan Juni karena data lain pada hari Kamis menunjukkan kenaikan harga produsen yang lebih besar dari perkiraan pada bulan lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto