Harga minyak mentah ambrol lagi setelah AS keluarkan larangan perjalanan ke Eropa



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak merosot lagi setelah Amerika Serikat (AS) melarang perjalanan dari Eropa menyusul deklarasi bahwa wabah virus coorna sekarang menjadi pandemi.

Ancaman membanjirnya pasokan murah menambah kekhawatiran pasar ketika Arab Saudi berjanji untuk meningkatkan produksi minyak ke rekor tertinggi dalam perselisihan dengan Rusia.

Mengutip Reuters, Kamis (12/3) pukul 09.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures turun US$ 2,12, atau 5,9%, pada US$ 33,67 per barel. Posisi ini menghapus semua keunggulan sebelum pengumuman larangan AS dirilis.


Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2020 di Nymex turun US$ 1,87, atau 5,7%, pada US$ 31,11 per barel. Ini membuat harga minyak mentah sudah anjlok 50% dari harga tertinggi yang dicapai pada Januari lalu.

Baca Juga: Terkuak! Ini alasan mengapa Vladimir Putin memicu perang minyak dengan Amerika

Pasar saham global juga hancur setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan AS akan menangguhkan semua perjalanan dari dan ke Eropa. Pengumuman ini merupakan langkah-langkah untuk mengatasi epidemi virus corona.

"Pembatasan perjalanan sama dengan aktivitas ekonomi global yang lebih lambat, jadi jika Anda perlu lebih membujuk untuk menjual menjual menjual ... itu hanya jatuh di pangkuan Anda," kata Stephen Innes, ahli strategi pasar di AxiCorp.

Mengenai pasokan, Uni Emirat Arab mengikuti Arab Saudi dalam mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi minyak setelah runtuhnya kesepakatan antara OPEC, Rusia dan produsen lain, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, untuk menahan pasokan dan menopang harga.

Perusahaan minyak nasional UEA, ADNOC, mengatakan pihaknya berencana untuk meningkatkan penjualan minyak mentah menjadi lebih dari 4 juta barel per hari (bph) dan mempercepat dorongan untuk meningkatkan kapasitas menjadi 5 juta bph.

Baca Juga: Harga minyak kembali rebound pada awal perdagangan hari ini

"Tanpa OPEC +, pasar minyak global telah kehilangan regulator nya dan sekarang hanya mekanisme pasar yang dapat menentukan keseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Espen Erlingsen, kepala penelitian hulu di Rystad Energy, yang memperkirakan bahwa minyak harus jatuh ke titik terendah. 

Dia pun melihat, dengan kondisi ini, harga US$ 20 per barel merupakan harga untuk mencapai keseimbangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari