Harga Minyak Mentah Anjlok Hampir US$ 6, Brent Kembali ke Bawah US$ 100 Per Barel



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak mentah ditutup anjlok turun hampir US$ 6 per barel dan menjadi penurunan paling tajam dalam sekitar sebulan karena pasar kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar dapat melunak akibat bank sentral global menaikkan suku bunga guna melawan lonjakan inflasi. Di saat yang sama, kerusuhan di Irak gagal untuk mengurangi ekspor minyak mentah negara OPEC.

Selasa (30/8), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 ditutup anjlok US$ 5,78 atau 5,5% menjadi US$ 99,31 per barel setelah sempat menyentuh sesi terendah di US$ 97,55 per barel.

Kontrak pengiriman Oktober 2022 berakhir pada hari Rabu (31/8) dan kontrak pengiriman November yang lebih aktif ditutup di level US$ 97,84 per barel atau turun 4,9%.


Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 ditutup ambles US$ 5,37 atau 5,5% menjadi US$ 91,64 per barel.

Sentimen utama pada harga minyak datang karena inflasi mendekati level dua digit di banyak ekonomi teratas. Ini membuat bank sentral dapat menggunakan kenaikan suku bunga yang lebih agresif, memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan bahan bakar.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Jelang Siang, Brent ke US$104,28 dan WTI ke US$96,68

European Central Bank (ECB) harus memasukkan potensi kenaikan suku bunga 75 basis poin di antara opsi kenaikan suku bunga untuk pertemuan kebijakan September, kata pembuat kebijakan Estonia Madis Muller pada hari Selasa.

Berdasarkan data terbaru, inflasi Jerman pada Agustus naik ke level tertinggi dalam hampir 50 tahun. Bank sentral Hungaria menaikkan suku bunga dasar sebesar 100 basis poin menjadi 11,75%.

Taruhan pada kenaikan suku bunga besar yang akan dilakukan Federal Reserve (The FEd) juga mendorong dolar AS. Dengan the greenback yang lebih kuat membuat minyak yang diperdagangkan dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.

Sentimen lain yang mempengaruhi minyak juga datang setelah komentar dari produsen milik negara Irak, SOMO, yang mengatakan bahwa ekspor minyak negara itu tidak terpengaruh oleh kerusuhan, kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Bentrokan terburuk di Baghdad dalam beberapa tahun antara kelompok-kelompok Muslim Syiah yang bersaing berlanjut untuk hari kedua sebelum mereda ketika ulama kuat Moqtada al-Sadr memerintahkan para pendukungnya untuk pulang.

SOMO mengatakan, bisa mengarahkan lebih banyak minyak ke Eropa jika diperlukan.

Harga merasakan lebih banyak tekanan ketika produsen minyak dengan pertumbuhan tercepat Rusia, Gazprom Neft, mengatakan pihaknya berencana untuk menggandakan produksi minyak di ladang Zhagrin di Siberia Barat menjadi lebih dari 110.000 barel per hari.

Investor akan menonton pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, pada 5 September.

Baca Juga: Wall Street Ditutup Anjlok, Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Terus Membayangi

Pekan lalu, Arab Saudi meningkatkan kemungkinan pengurangan produksi dari OPEC+, yang menurut sumber bisa bertepatan dengan peningkatan pasokan dari Iran jika negara itu mencapai kesepakatan nuklir dengan Barat.

Dalam kemungkinan peningkatan pasokan lainnya, menteri perminyakan Venezuela mengatakan negara itu siap untuk melanjutkan bisnis dengan perusahaan minyak utama Chevron Corp, menambahkan bahwa kemajuan untuk meluncurkan kembali operasi tergantung pada lisensi dari Washington.

Dengan sebagian besar produsen sudah beroperasi pada atau di atas kapasitas dan tanda-tanda yang berkembang bahwa ekonomi global mungkin melambat, beberapa pengurangan pasokan tampaknya semakin mungkin terjadi dalam beberapa bulan mendatang, kata Matt Weller, kepala penelitian di FOREX.com dan City Index.

Stok minyak mentah AS naik, sementara stok bahan bakar turun dalam minggu terakhir, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Stok minyak mentah naik sekitar 593.000 barel untuk pekan yang berakhir 26 Agustus, menurut data. Stok minyak mentah AS kemungkinan akan turun dalam pekan yang berakhir 26 Agustus, menurut jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada hari Senin.

Energy Information Administration (EIA), cabang statistik Departemen Energi AS, akan merilis angkanya sendiri pada Rabu (31/8) pukul 10:30 waktu setempat.

Editor: Anna Suci Perwitasari