KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak turun lebih dari US$ 1 karena kemungkinan kenaikan persediaan komersial Amerika Serikat (AS) membebani. Sementara, data ekonomi yang lebih lemah dari China dan suramnya prospek penurunan suku bunga memicu kekhawatiran terhadap permintaan global. Rabu (17/4) pukul 20.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman bulan Juni 2024 turun US$ 1,21, atau 1,3%, menjadi US$ 88,81 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Mei 2024 turun US$ 1,11, atau 1,3%, menjadi US$ 84,25 per barel.
Kedua harga minyak mentah acuan ini berada di jalur penurunan terbesar sejak 20 Maret jika kerugian terus berlanjut. Harga minyak telah melemah pada pekan ini karena hambatan ekonomi membatasi peningkatan ketegangan geopolitik, dan pasar mengamati bagaimana Israel mungkin menanggapi serangan Iran pada akhir pekan. Baca Juga:
Harga Minyak Turun di Tengah Penguatan Kurs Dolar AS, Rabu (17/4) Para analis tidak memperkirakan serangan rudal dan drone Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel akan memicu sanksi dramatis dari Amerika Serikat terhadap ekspor minyak Iran. “Harga minyak melakukan tugasnya untuk melepaskan sebagian premi perang yang telah diperhitungkan,” kata John Evans dari pialang minyak PVM, seraya menambahkan bahwa mereka juga menghadapi “kemunduran dalam harapan penurunan suku bunga”. Pejabat tinggi Federal Reserve (The Fed) termasuk Ketua Jerome Powell pada hari Selasa tidak memberikan panduan apa pun tentang kapan suku bunga dapat diturunkan. Hal ini menghancurkan harapan investor akan pengurangan biaya pinjaman yang berarti pada tahun ini. Di sisi lain, tingkat inflasi Inggris di bulan Maret 2024 melambat kurang dari perkiraan, menandakan bahwa penurunan suku bunga pertama yang dilakukan oleh Bank of England mungkin juga lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Namun, inflasi melambat di seluruh zona euro pada bulan lalu, memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga European Central Bank pada bulan Juni. “Peningkatan persediaan minyak mentah AS semalam dan beragam data ekonomi dari China juga memberikan beberapa keraguan, di samping faktor teknis overbought jangka pendek yang mendorong aksi ambil untung,” kata ahli strategi pasar IG Yeap Jun Rong.
Baca Juga: Ini Sentimen Kenaikan Kinerja IDX Value30 dan Rekomendasi Sahamnya Di China, yang juga merupakan negara importir minyak terbesar di dunia, perekonomian tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama. Namun, beberapa indikator lain menunjukkan bahwa permintaan dalam negeri masih lemah. Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 1,4 juta barel pada minggu lalu, menurut jajak pendapat Reuters. Data resmi dari Administrasi Informasi Energi, badan statistik Departemen Energi AS, akan dirilis pada hari Rabu pukul 10:30 (1430 GMT). Di tempat lain, Tengizchevroil mengumumkan rencana pemeliharaan terjadwal di salah satu dari enam rangkaian produksi di ladang minyak Tengiz di Kazakhstan pada bulan Mei.
Editor: Anna Suci Perwitasari