KONTAN.CO.ID - Harga minyak bertahan di dekat level tertinggi lima bulan pada hari Senin (1/4). Pasar memperkirakan pasokan yang lebih ketat karena pengurangan produksi OPEC+ dan setelah serangan terhadap kilang Rusia. Sementara itu, data manufaktur China mendukung prospek permintaan yang lebih kuat. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 35 sen menjadi US$86,65 per barel pada 12.30 GMT setelah naik 2,4% pada minggu lalu.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$82,87 per barel, turun 30 sen menyusul kenaikan 3,2% minggu lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Senin (1/4), Brent ke US$87,25 dan WTI ke US$83,44 Volume perdagangan hari ini tipis karena pasar di beberapa negara masih tutup selama liburan Paskah. Kedua minyak acuan tersebut membukukan kenaikan ketiga bulan berturut-turut di bulan Maret, dengan Brent bertahan di atas US$85 per barel sejak pertengahan bulan lalu. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah berjanji untuk memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir Juni yang dapat memperketat pasokan minyak mentah selama musim panas di Belahan Bumi Utara. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Jumat bahwa perusahaan minyak negaranya akan fokus pada pengurangan produksi dibandingkan ekspor pada kuartal kedua. Tujuannya untuk membagi pengurangan produksi secara merata dengan anggota OPEC+ lainnya. Serangan drone dari Ukraina telah melumpuhkan beberapa kilang Rusia, yang diperkirakan akan mengurangi ekspor bahan bakar Rusia. "Risiko geopolitik terhadap pasokan minyak mentah dan bahan baku yang banyak menambah kuatnya fundamental permintaan (kuartal kedua)," kata analis Energy Aspects dalam sebuah catatan. Hampir 1 juta barel per hari (bph) kapasitas pemrosesan minyak mentah Rusia tidak berfungsi akibat serangan tersebut. Hal ini berdampak pada ekspor bahan bakar minyak berkadar sulfur tinggi yang diproses di kilang di China dan India.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Terseret Penguatan Dolar AS & Permintaan Bensin AS Lemah Di Eropa, permintaan minyak lebih kuat dari perkiraan, naik 100.000 barel per hari pada bulan Februari, kata analis Goldman Sachs, dibandingkan perkiraan kontraksi sebesar 200.000 barel per hari pada tahun 2024. Sementara itu, aktivitas manufaktur China meningkat untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada bulan Maret, menurut survei pabrik resmi pada hari Minggu. Sajian data ekonomi ini mendukung permintaan minyak di negara importir minyak mentah terbesar di dunia tersebut, bahkan ketika krisis di sektor properti terus menyeret perekonomian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto