KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak berbalik menguat di tengah optimisme atas pemulihan permintaan China, kekhawatiran bahwa kurangnya investasi akan mengurangi pasokan minyak di masa depan dan karena produsen utama mempertahankan batas produksi. Senin (20/2) pukul 14.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2023 naik 0,8%, menjadi US$ 83,70 per barel. Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman bulan Maret 2023, yang berakhir pada hari Selasa (21/2), naik 0,7% ke US$ 76,89 per barel. Sejalan, harga WTI kontrak pengiriman April 2023 yang lebih aktif naik 0,8% ke US$ 77,14.
Harga minyak mentah acuan ditutup turun US$ 2 per barel pada hari Jumat (17/2), dan anjlok lebih sekitar 4% di pekan lalu setelah Amerika Serikat (AS) melaporkan persediaan minyak mentah dan bensin yang lebih tinggi. "Harga Brent dan WTI naik sedikit pagi ini setelah aksi jual karena komentar hawkish The Fed baru-baru ini, menyusul data CPI dan PPI yang lebih kuat dari perkiraan yang dirilis di AS," kata Baden Moore,
Head of Ccommodities Research National Australia Bank. Sementara pengumuman minggu lalu bahwa AS akan menjual 26 juta barel minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis menambah beberapa tekanan ke pasar, pasokan global terlihat "flat to down" dibandingkan periode yang sama sebelumnya setelah memperhitungkan pengurangan produksi oleh Rusia. dan OPEC+, tambah Moore.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bergerak Tipis di Perdagangan Awal Pekan Dia merujuk pada kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, Oktober lalu untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bpd) hingga akhir 2023. Rusia berencana memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari, atau sekitar 5% dari produksi, pada bulan Maret setelah Barat memberlakukan batasan harga pada minyak dan produk minyak Rusia. "Dalam konteks itu, kami terus melihat pembukaan kembali China, dan
rebound di China dan permintaan jet global untuk mendorong risiko kenaikan harga," kata Moore. China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia. Analis memperkirakan impor minyak China mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023 karena meningkatnya permintaan bahan bakar transportasi dan kilang baru mulai beroperasi. China, bersama dengan India, telah menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia setelah embargo Uni Eropa.
Baca Juga: BNI Sekuritas Memproyeksi Kinerja Impor Diperkirakan Belum Membaik dalam Waktu Dekat Pada saat yang sama, kekurangan pasokan minyak di masa depan kemungkinan akan mendorong harga menuju $100 per barel pada akhir tahun, kata analis dari Goldman Sachs dalam catatan 19 Februari. Harga akan bergerak lebih tinggi "karena pasar berputar kembali ke defisit dengan kurangnya investasi, kendala minyak serpih dan disiplin OPEC memastikan pasokan tidak memenuhi permintaan," tulis mereka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari