KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pergerakan harga minyak mentah masih dinamis. Mengutip
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 67 sen atau 0,7% menjadi US$ 89,46 per barel pada pukul 0630 GMT setelah sebelumnya mengalami kenaikan. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 71 sen atau 0,8% menjadi US$84,68 per barel. Tapi, seperti telah diberitakan Kontan.co.id sebelumnya (26/10), harga minyak mentah masih belum memiliki arah yang jelas. Di satu sisi, investor mempertimbangkan kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS), yang mengindikasikan lemahnya penarikan dan permintaan.
Dasarnya ialah laporan Energy Information Administration yang menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,4 juta barel pada minggu lalu menjadi 421,1 juta barel. Melebihi kenaikan 240.000 barel yang diperkirakan oleh para analis dalam sebuah jajak pendapat
Reuters. Kendati demikian, dinamika yang terjadi di Timur Tengah juga tetap berpotensi membuat pasar minyak bergejolak. Itulah yang setidaknya disampaikan oleh analis Citi dikutip dari
Reuters. “Pasar tetap bergejolak karena kegelisahan di Timur Tengah, tetapi fundamental yang mendasarinya secara musiman lebih lemah dari yang diperkirakan dengan permintaan produk di AS yang secara mengejutkan lemah," kata analis Citi dikutip dari
Reuters, Kamis (26/10). Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Setelah Stok AS Naik pada Kamis (26/10) Siang Di lain pihak, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mewaspadai potensi kenaikan harga minyak. Sumber kekhawatiran tersebut berasal dari berlarutnya konflik Hamas dan Israel. “Rusia hajar Ukraina (harga minyak) naik, sekarang Israel mau hajar terus. Makin sedih,” ujar Menteri ESDM, Arifin Tasrif saat ditemui wartawan di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (26/10). Hingga Kamis (26/10), Pertamina masih mempertahankan harga produk-produk BBM-nya. Badan usaha niaga migas swasta juga sama. VP Corporate Relation Shell Indonesia, Susi Hutapea, mengatakan bahwa Shell melakukan penyesuaian harga BBM di SPBU secara berkala dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Seperti produk minyak olahan berdasarkan MOPS (Mean of Platts Singapore), kondisi dan volatilitas pasar. Juga, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi, biaya operasional, kinerja perusahaan, dan aktivitas promosi yang sedang dilakukan. "Penyesuaian harga BBM yang kami lakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," ujar Susi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (26/10).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil pada Kamis (26/10), Brent ke US$90,10 dan WTI ke US$85,36 Sementara itu, Presiden Direktur bp-AKR, Vanda Laura, mengatakan bahwa bp-AKR melakukan penyesuaian harga dengan mempertimbangan berbagai faktor. Beberapa faktor diantaranya meliputi harga minyak dunia, biaya operasional dan kondisi pasar. Ia belum memberi penegasan apakah BP-AKR akan meningkatkan harga jual produk BBM-nya dalam waktu dekat atau tidak. "Kami akan terus memantau situasi dan melakukan adaptasi yang diperlukan untuk penentuan harga BBM," ujar Vanda kepada Kontan.co.id, Kamis (26/10). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat