Harga Minyak Mentah Ditutup Anjlok 2% Usai Wacana Gencatan Senjata di Timur Tengah



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah anjlok lebih dari 2% setelah laporan yang tidak berdasar tentang gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sentimen lain juga datang setelah pemadaman listrik memaksa kilang besar AS ditutup.

Kamis (1/2), harga minyak berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2024 ditutup turun US$ 1,85, atau 2,5%, ke US$ 78,70 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2024 ditutup turun US$ 2,03, atau 2,7%, menjadi $73,82 per barel.


Pada sesi ini muncul laporan terkait gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, seorang pejabat Qatar mengatakan kepada Reuters bahwa belum ada gencatan senjata. Tetapi dia juga menegaskan bahwa Hamas telah menerima proposal gencatan senjata yang dibuat awal pekan ini secara positif.

Ketegangan di Timur Tengah belakangan ini mendorong kenaikan harga minyak. Serangan pasukan Houthi yang berbasis di Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah terus berlanjut, sehingga meningkatkan biaya dan mengganggu perdagangan minyak global.

Baca Juga: Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed Mengerek Harga Minyak Dunia, WTI ke US$76,50

Kelompok Houthi juga mengatakan akan terus melakukan serangan terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Inggris, dalam apa yang sebut sebagai tindakan membela diri.

Sementara itu, BP Plc pada hari Kamis mengatakan pihaknya sedang dalam proses menutup kilang yang berkapasitas 435.000 barel per hari (bpd) di Whiting, Indiana. Itu terjadi setelah listrik padam.

Pemerintah Kota Whiting mengatakan, pemadaman listrik memicu kebakaran yang terlihat saat produk-produk dibakar.

Sebelumnya, dua sumber OPEC+ mengatakan kelompok tersebut akan memutuskan pada bulan Maret apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela untuk kuartal pertama atau tidak, setelah pertemuan panel tingkat menteri tidak membuat perubahan pada kebijakan produksi kelompok tersebut.

OPEC+ saat ini memiliki pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bpd), yang diumumkan pada bulan November.

Harga minyak telah naik pada awal perdagangan setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Rabu mengatakan suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terus turun dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Suku bunga yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi membantu permintaan minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Rebound Kamis (1/2), Brent ke US$81,13 dan WTI ke US$76,44

Powell menolak berjanji bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan paling cepat pada pertemuan The Fed pada 19-20 Maret, seperti yang diharapkan investor.

AS juga merilis data pada hari Kamis yang menunjukkan produktivitas pekerja tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat, menjaga unit biaya tenaga kerja tetap terkendali dan memberi The Fed dorongan lagi dalam upaya melawan inflasi.

Manufaktur AS stabil pada bulan Januari di tengah kembalinya permintaan baru, namun inflasi di tingkat pabrik meningkat.

Editor: Anna Suci Perwitasari