KONTAN.CO.ID - DENVER. Harga minyak mentah acuan turun ditutup ke level terendah sejak Februari 2021. Pelemahan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut seputar kelebihan pasokan dan karena prospek kesepakatan perdamaian Rusia-Ukraina tampaknya menguat, meningkatkan harapan bahwa sanksi dapat dilonggarkan. Selasa (16/12/2025), Harga minyak mentah jenis Brent untuk kntrak pengiriman Februari 2026 ditutup turun US$ 1,64 per barel atau sekitar 2,71% menjadi US$ 58,92 per barel. Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2025 ditutup melemah US$ 1,55 atau 2,73% ke US$ 55,27 per barel.
"Brent telah turun pagi ini hingga di bawah US$ 60 per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, karena pasar menilai potensi kesepakatan perdamaian yang mengakibatkan volume tambahan minyak Rusia tersedia dan semakin menambah kelebihan pasokan di pasar," kata analis Rystad, Janiv Shah.
Baca Juga: AS Menunda Implementasi Kesepakatan Teknologi Senilai US$ 40 Miliar dengan Inggris AS menawarkan jaminan keamanan ala NATO untuk Kyiv dan para negosiator Eropa melaporkan kemajuan dalam pembicaraan pada hari Senin, memicu optimisme bahwa akhir perang semakin dekat. Sementara itu, Rusia mengatakan tidak bersedia membuat konsesi teritorial apa pun, kata Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, seperti dikutip oleh kantor berita negara TASS. Dengan posisi ini, selisih harga Brent berjangka enam bulan bergerak ke arah contango untuk pertama kalinya sejak Oktober. Analis Barclays memperkirakan rata-rata harga Brent di US$ 65 per barel pada tahun 2026, sedikit di atas kurva forward, karena surplus 1,9 juta bpd yang mereka perkirakan sudah tercermin dalam harga. “Penurunan harga ini menggarisbawahi dinamika struktural pasar energi saat ini—pasokan yang melimpah dan permintaan yang lesu.” "Kecuali risiko geopolitik atau perubahan kebijakan ikut campur, pelemahan ini bisa berlanjut hingga tahun depan," tulis Angie Gildea, Pemimpin Strategi Energi AS di KPMG, dalam sebuah catatan.
Baca Juga: PMI Desember 2025 AS Turun ke Level Terendah Sejak Juni Menambah tekanan, data ekonomi China yang lemah pada hari Senin semakin memicu kekhawatiran bahwa permintaan global mungkin tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan baru-baru ini, kata analis pasar IG, Tony Sycamore. Pertumbuhan produksi pabrik China melambat ke level terendah dalam 15 bulan, menurut data resmi. Penjualan ritel juga tumbuh pada laju paling lambat sejak Desember 2022, selama pandemi COVID-19. Kekhawatiran akan kelebihan pasokan sedikit diimbangi oleh penyitaan kapal tanker minyak AS di lepas pantai Venezuela pekan lalu, tetapi para pedagang dan analis mengatakan kelebihan penyimpanan terapung dan lonjakan pembelian China dari Venezuela sebagai antisipasi sanksi juga membatasi dampak pasar.