KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak mentah turun pada hari Rabu setelah stok minyak mentah dan bensin Amerika Serikat (AS) naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu, tetapi pelemahan dibatasi oleh kekhawatiran tentang perang yang meningkat antara produsen minyak utama Rusia dan Ukraina. Rabu (20/11), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2025 turun 50 sen atau 0,68% ke US$ 72,81 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2024 berakhir pada hari Rabu, dan ditutup turun 52 sen atau 0,75% ke US$ 68,87 per barel. Sementara, kontrak WTI yang lebih aktif untuk pengiriman Januari ditutup turun 49 sen atau 0,71% ke US$ 68,75 per barel.
Stok minyak mentah dan bensin AS naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu, menurut data dari Energy Information Administration, yang membebani harga. Untuk lebih meningkatkan pasokan, Equinor dari Norwegia mengatakan telah memulihkan kapasitas produksi penuh di ladang minyak Johan Sverdrup di Laut Utara setelah pemadaman listrik.
Baca Juga: Harga Minyak Global Stabil Rabu (20/11), Brent ke US$73,27 dan WTI ke US$69,65 Permintaan yang lemah di negara pengimpor minyak mentah terbesar di dunia terus berlanjut, dengan pengumuman stimulus China gagal meningkatkan pertumbuhan permintaan minyak dalam waktu dekat, kata ahli strategi energi Macquarie dalam sebuah catatan. Konflik antara Rusia dan Ukraina dan kekhawatiran seputar gangguan pasokan minyak di masa mendatang membantu menjaga harga tetap rendah. "Risiko terhadap pasokan ini jelas menjaga dukungan di sini dan mengimbangi kekhawatiran seputar prospek permintaan global," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. Ukraina menembakkan rudal jelajah Storm Shadow Inggris ke Rusia pada hari Rabu, senjata Barat terbaru yang diizinkan untuk digunakan pada target Rusia sehari setelah menembakkan rudal ATACMS AS. Hal ini telah mengembalikan risiko geopolitik ke pasar, analis energi StoneX Alex Hodes mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Rabu. Namun posisi long di WTI telah menurun secara signifikan meskipun ada risiko geopolitik tambahan, menurut rekan Aegis Hedging Christian Drolshagen, dengan dana lindung nilai hanya memegang 50% dari level musim panas, menurut data CFTC. Di tempat lain, AS pada hari Rabu memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata di Gaza, meningkatkan premi risiko perang harga minyak di tengah kekhawatiran seputar potensi gangguan pasokan saat perang di Timur Tengah terus berlanjut.
"Pasar sangat khawatir sesuatu bisa terjadi dengan eskalasi lain antara Israel dan Iran," kata Kilduff dari Again Capital.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Bervariasi: Indeks Nasdaq Melemah Terseret Saham Nvidia "Semua orang fokus pada (Presiden terpilih AS Donald) Trump dan produsen AS yang dibebaskan, tetapi sisi lain dari itu adalah sanksi pasti kembali ke pasar sejauh apa yang terjadi selanjutnya dengan pasokan Iran dan kemampuannya untuk mengekspor," tambahnya. Pasokan global bisa semakin tertekan, dengan OPEC+ berpotensi akan menunda peningkatan produksi lagi saat bertemu pada 1 Desember karena permintaan minyak global yang lemah, menurut tiga sumber OPEC+ yang mengetahui diskusi tersebut.
Editor: Anna Suci Perwitasari