Harga Minyak Mentah Ditutup Melonjak ke Level Tertinggi Dalam 13 Minggu



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak lebih dari 2% ke level tertinggi dalam 13 minggu karena permintaan bensin Amerika Serikat (AS) terus meningkat meskipun harga mencapai rekor. Katalis lain datang dari ekspektasi permintaan minyak China meningkat di saat kekhawatiran terhadap pasokan di beberapa negara, termasuk Iran merebak.

Rabu (8/6), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2022 ditutup melonjak US$ 3,01 atau 2,5% ke US$ 123,58 per barel.

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2022 ditutup naik US$ 2,70 atau 2,3% menjadi US$ 122,11 per barel.


Itu adalah penutupan tertinggi untuk Brent dan WTI sejak 8 Maret, dan merupakan penyelesaian tertinggi sejak 2008.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melonjak 1% Berkat Pasokan Global yang Ketat

Sentimen pada sesi tersebut datang setelah Iran mengungkap sudah mencopot dua kamera pengintai milik International Atomic Energy Agency atawa Badan Energi Atom Internasional di fasilitas pengayaan uranium.

Hal tersebut dilakukan ketika Dewan Pengawas Nuklir PBB mengeluarkan resolusi yang mengkritik Iran karena gagal menjelaskan sepenuhnya jejak uranium di situs yang tidak diumumkan.

Langkah itu telah meningkatkan ketegangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain yang bernegosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya. Ini kemungkinan akan membuat sanksi tetap berlaku dan minyak Iran keluar dari pasar global lebih lama.

Padahal, analis sempat memprediksi, kesepakatan nuklir dengan Iran dapat menambah sekitar 1 juta barel per hari (bph) minyak mentah ke pasokan dunia.

Di sisi lain, persediaan minyak mentah komersial AS naik secara tak terduga di minggu lalu. Sedangkan minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve (SPR) turun dengan jumlah rekor karena input penyuling naik ke level tertinggi sejak Januari 2020, kata Energy Information Administration (EIA).

EIA juga mengungkapkan, stok bensin AS turun secara mengejutkan sebesar 800.000 barel karena permintaan bahan bakar naik meskipun harga pompa melonjak tinggi. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok bensin naik 1,1 juta barel.

"Penarikan bensin adalah sorotan dari laporan dengan pasar yang ketat di seluruh AS," kata Tony Headrick, Energy Market Analyst CHS Hedging, mencatat permintaan tetap kuat bahkan dengan harga pompa di atas US$ 5 per galon di banyak bagian negara.

Baca Juga: Wall Street Jatuh, Terseret Imbal Hasil US Treasury yang Melesat di Atas 3%

Klub otomotif AAA mengatakan rata-rata harga bensin tanpa timbal reguler ritel nasional mencapai rekor US$ 4,955 per galon pada hari Rabu.

Indeks utama China A-share dan Hang Seng Hong Kong menyelesaikan perdagangan pada penutupan tertinggi dua bulan. Pedagang minyak mengharapkan permintaan bahan bakar pulih karena penguncian untuk memerangi pandemi mereda di importir minyak terbesar dunia.

"Dengan pemulihan permintaan sebanyak 1,0 juta barel per hari di China dan meningkat secara musiman di AS, bahkan penarikan SPR yang tercatat mungkin terbukti tidak cukup untuk ... menyeimbangkan pasar yang kekurangan pasokan secara signifikan," kata analis di EBW Analytics dalam sebuah catatan.

International Energy Agency memperingatkan bahwa Eropa, yang telah memberikan sanksi kepada Rusia setelah invasinya ke Ukraina, dapat menghadapi kekurangan energi pada musim dingin mendatang.

Di sisi penawaran, para pedagang mencatat beberapa negara dapat menghadapi masalah dalam meningkatkan produksi.

Di Norwegia, sejumlah pekerja minyak berencana untuk mogok mulai 12 Juni karena pembayaran, menempatkan beberapa produksi minyak mentah dalam risiko penutupan.

Rencana OPEC+, untuk meningkatkan produksi mengalami perkembangan "tidak menggembirakan", kata Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei, mencatat kelompok itu saat ini berjumlah 2,6 juta bph kurang dari targetnya.

Editor: Anna Suci Perwitasari