Harga minyak mentah ditutup menguat 5%, harga WTI masih di bawah US$ 40 per barel



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melesat lebih dari 5% pada hari Senin (5/10) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan keluar dari rumah sakit tempat dia dirawat karena Covid-19. Sentimen positif bagi harga emas hitam ini juga muncul setelah enam ladang minyak dan gas lepas pantai Norwegia ditutup karena lebih banyak pekerja bergabung dalam aksi mogok kerja.

Senin (5/10), harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2020 ditutup naik US$ 2,02 atau 5,1% menjadi US$ 41,29 per barel. 

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 juga melesat US$ 2,17 atau 5,9%  ke level US$ 39,22 per barel.


Baca Juga: Harga emas ditutup melonjak hampir 1% pada Senin (5/10), didorong harapan stimulus AS

Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group di Chicago mengatakan, penguatan minyak di awal pekan ini terjadi karena banyak investor yang melihat bahwa aksi jual pada pekan lalu terlalu berlebihan. "Jadi banyak asumsi di akhir pekan lalu," kata dia. 

Seperti diketahui, pada Jumat (2/10), harga minyak merosot lebih dari 4% menyusul berita bahwa Presiden Trump dinyatakan positif terkena virus corona. Namun, setelah pernyataan Trump yang menyebut dirinya akan meninggalkan rumah sakit militer tempat dia dirawat pada Senin (5/10) sore karena sudah merasa sangat baik, harga minyak pun mulai menanjak.

Trump terinfeksi virus corona setelah Gedung Putih menjadi klaster Covid-19 baru di AS. Hal ini juga menjadi tanda tanya baru terkait pemilihan presiden di Negeri Paman Sam yang seharusnya berlangsung 3 November mendatang. 

Sementara itu, harapan baru untuk paket stimulus AS guna melawan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 juga mendukung harga emas hitam. Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berbicara melalui telepon selama sekitar satu jam pada awal pekan ini dan bersiap untuk memulai diskusi lagi pada hari Selasa (6/10).

Harga minyak acuan semakin perkasa setelah aksi pemogokan pekerja yang meningkat di Norwegia terkait masalah gaji. Enam ladang minyak dan gas lepas pantai di Norwegia ditutup.

Pemogokan itu akan memangkas total kapasitas produksi Norwegia dengan lebih dari 330.000 barel setara minyak per hari. Menurut Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia (NOG), jumlah tersebut sekitar 8% dari total produksi negara itu.

"Ini tidak akan memerlukan pengetatan pasokan yang serius di pasar karena kekhawatiran tentang permintaan dan kekhawatiran kelebihan pasokan baru mendominasi saat ini," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

Baca Juga: Harga minyak naik 6% karena update kesehatan Trump & penutupan ladang minyak Norwegia

Penurunan produksi Norwegia terutama diimbangi dengan peningkatan produksi di Libya, kata analis.

Produksi minyak Libya telah meningkat menjadi 290.000 barel per hari, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada Senin. Jumlah ini hampir tiga kali lebih banyak dari produksinya selama blokade yang dimulai pada Januari dan berakhir pada September.

Selain itu, berita dari evakuasi di anjungan minyak lepas pantai Teluk Meksiko kembali dilakukan. Sebuah badai yang terbentuk di Karibia diperkirakan akan mengancam kawasan Pantai Teluk pada pekan ini. 

Selanjutnya: Wall Street menguat tajam usai Trump keluar dari rumah sakit dan optimisme stimulus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari