Harga Minyak Mentah Ditutup Menguat Tipis, Brent ke US$ 83,33 dan WTI US$ 78,48



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak berjangka ditutup menguat tipis di awal pekan karena perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel terus menghindari perundingan.

Senin (6/5), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2024 ditutup menguat 0,5% ke level US$ 83,33 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2024 ditutup di level US$ 78,48 per barel.


Pekan lalu, kedua kontrak tersebut mencatat penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan, dengan Brent anjlok lebih dari 7% dan WTI turun 6,8%.

Itu terjadi karena investor mempertimbangkan lemahnya data pekerjaan AS dan kemungkinan waktu penurunan suku bunga Federal Reserve.

Sepanjang perdagangan pada hari Senin, patokan global Brent naik dan kemudian mundur di tengah prospek gencatan senjata, mencapai level tertinggi US$ 83,83 dan terendah di US$ 82,77 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Seiring Meningkatnya Ketegangan di Gaza, Arab Saudi Menaikkan Harga

“(Kemungkinan kesepakatan) melemahkan pasar minyak,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates. “Perjanjian gencatan senjata apa pun akan mengurangi ketegangan di Timur Tengah.

Seorang pejabat Israel mengatakan usulan gencatan senjata dari Mesir yang diterima Hamas memiliki beberapa aspek yang tidak dapat diterima.

Hamas menuntut diakhirinya perang dengan imbalan pembebasan sandera dan Israel tampaknya siap melancarkan serangan yang sudah lama terancam di Jalur Gaza selatan.

“Pasar sedikit lesu terhadap risiko geopolitik akibat perang,” kata John Kilduff, partner Again Capital.

"Saya pikir Anda harus melihat lebih banyak aktivitas kinetik untuk menggerakkan pasar," lanjut dia.

Yang juga mendukung harga minyak adalah langkah Arab Saudi yang menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni, yang menandakan ekspektasi akan kuatnya permintaan pada musim panas ini.

Baca Juga: Wall Street Perkasa: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Menguat untuk Sesi Ketiga Bertutut-turut

Lipow memperkirakan, OPEC+ akan mengumumkan pada pertemuan bulan Juni rencana untuk melanjutkan pengurangan produksi pada kuartal ketiga.

Di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, aktivitas jasa tetap berada di wilayah ekspansif selama 16 bulan berturut-turut, sementara pertumbuhan pesanan baru meningkat dan sentimen bisnis meningkat dengan kuat, sehingga meningkatkan harapan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Editor: Anna Suci Perwitasari