Harga Minyak Mentah Ditutup Turun 2% di Tengah Kekhawatiran Pasar pada Sektor Bank



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup turun lebih dari 2% dalam perdagangan yang bergejolak pada awal pekan ini. Koreksi minyak runtuh setelah Silicon Valley Bank mengguncang pasar saham dan menimbulkan kekhawatiran krisis keuangan baru. Namun, pemulihan permintaan China memberikan dukungan bagi minyak.

Senin (13/3), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2023 ditutup turun US$ 2,01 atau 2,4% menjadi US$ 80,77 per barel. Bahkan, harga patokan minyak mentah global ini sebelumnya jatuh ke level terendah US$ 78,34 per barel, harga terendah sejak awal Januari.

Sejalan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2023 ditutup melemah US$ 1,88 atau 2,5% ke US$ 74,80 per barel. WTI sebelumnya turun ke level US$ 72,30 per barel, harga terendah sejak Desember.


Pihak berwenang Amerika Serikat (AS) meluncurkan langkah-langkah darurat pada hari Minggu (12/3) untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah kekhawatiran penularan dari kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) menyebabkan penjualan aset AS pada akhir minggu lalu. Di sisi lain, regulator negara bagian menutup Signature Bank yang berbasis di New York pada hari Minggu.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Terkerek Permintaan China, WTI ke US$76,88

Indeks saham AS juga diperdagangkan secara berombak karena investor mempertimbangkan kemungkinan jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Maret.

Penutupan tiba-tiba SVB Financial memicu kekhawatiran tentang risiko bank lain akibat kenaikan suku bunga The Fed yang tajam selama setahun terakhir, tetapi juga memicu spekulasi tentang apakah bank sentral dapat memperlambat laju pengetatan moneternya.

"Agak mengejutkan hari ini melihat penurunan besar dalam minyak mengingat fakta bahwa The Fed kemungkinan besar akan lebih sulit menaikkan suku bunga secara agresif dan itu akan menyebabkan pelemahan dolar AS," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.

Indeks dolar AS, yang mengukur the greenback terhadap enam mata uang lainnya, turun hampir 1% karena imbal hasil US Treasury jangka pendek jatuh. The greenback yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan biasanya mendukung harga minyak.

Kekhawatiran tentang pengetatan moneter The Fed lebih lanjut telah diperburuk oleh persediaan minyak mentah AS yang tinggi.

Produksi minyak mentah di tujuh cekungan serpih AS terbesar diperkirakan akan naik pada April ke level tertinggi sejak Desember 2019, kata Energy Information Administration (EIA).

Editor: Anna Suci Perwitasari