Harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik, ini dampaknya ke sektor hulu migas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbaikan aktivitas ekonomi dunia karena adanya program vaksinasi Covid-19, turut mendongkrak harga minyak baik di pasar internasional dan dalam negeri. 

Rata-rata harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada bulan Juni 2021 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Perinciannya, pada Mei 2021 rata-rata ICP senilai US$ 65,49 per barel, kemudian naik menjadi US$ 70,23 per barel pada Juni 2021. 

Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan kenaikan harga minyak Indonesia (ICP) akan memberikan dampak positif bagi kegiatan hulu migas begitu juga dengan industri jasa penunjangnya. 


Baca Juga: Hingga Juni, realisasi kontrak Elnusa (ELSA) sudah capai 75% dari RKAP 2021

"Dengan harga naik, keekonomian proyek hulu migas juga meningkat sehingga permintaan terhadap jasa penunjang juga meningkat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/7). 

Komaidi melihat, industri hulu migas yang sudah masuk fase produksi perlu memanfaatkan peluang ini  untuk mengkompensasi kerugian yang selama ini dialami, khususnya karena imbas pandemi.

Namun, Komaidi memberikan lampu kuning bagi industri hilir. Menurutnya hilir minyak perlu berhati-hati karena pada umumnya kenaikan harga minyak cenderung menjadi beban. "Mengingat harga BBM masih diintervensi pemerintah," ujarnya. 

Kendati sampai dengan saat ini ICP masih terpantau naik, Komaidi melihat ada peluang yang cukup terbuka bahwa harga minyak akan kembali menuju normal. Apalagi jika pandemi Covid-19 segera usai. "Sejumlah negara sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang direspon positif dengan naiknya sejumlah harga komoditas," tandas Komaidi. 

Baca Juga: Tarik investor, Jokowi berikan insentif PPnBM 0% untuk mobil listrik ini

Sekretaris Perusahaan PT Elnusa Tbk (ELSA), Ari Wijaya mengatakan sebagai perusahaan jasa, kenaikan harga minyak tidak serta merta berpengaruh langsung kepada bisnis ELSA utamanya sektor hulu migas.  "Sesuai pengalaman selama ini, kondisi yang kami rasakan seperti itu. Namun, kabar baik ini, tentunya akan mempengaruhi pelanggan kami (K3S) untuk membuka kran jasa eksplorasi dan perawatan sumur yang beberapa sempat ditunda," jelasnya saat dihubungi terpisah. 

Ari menegaskan, untuk memanfaatkan momentum ini, tim marketing ELSA lebih gencar menawarkan jasa yang telah siap dan dimiliki perusahaan selama ini. 

Ari bilang, di tengah situasi yang belum kondusif dan berdampak pada perekonomian secara umum dan khusus pada kinerja ELSA, pihaknya tetap optimistis dapat menorehkan kinerja positif. "Hingga bulan Juni 2021, kami mencatatkan kontrak secara konsolidasi 75% dari RKAP 2021 atau setara Rp 6,5 triliun," kata Ari. 

Selanjutnya: Dharma Satya Nusantara (DSNG) kembangkan PLTS di area pabrik kayu di Temanggung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi