Harga Minyak Mentah Jatuh, AS Menunda Pengisian Cadangan Strategis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun pada hari Jumat (24/3), memperpanjang penurunannya pada hari sebelumnya. Harga minyak di tengah kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan setelah Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pengisian ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) mungkin memakan waktu beberapa tahun.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 48 sen atau 0,6% menjadi US$75,43 per barel pada 0039 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 52 sen atau 0,7% menjadi US$69,44 per barel.

Kedua tolok ukur minyak mentah tersebut masih berada di jalur untuk kenaikan mingguan sekitar 3%-4%, pulih dari penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan terakhir karena krisis sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.


Baca Juga: Harga Minyak Mentah turun 1% karena AS Tidak Terburu-buru Mengisi Cadangan Strategis

"Ada aksi jual dari pandangan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengisi kembali cadangan minyak bahkan jika harga WTI berada di US$67-US$72 per barel," kata Hiroyuki Kikukawa, general manager riset di Nissan Securities.

Asal tahu, Granholm memberi tahu anggota parlemen pada hari Kamis bahwa akan sulit untuk memanfaatkan harga rendah tahun ini. Penjualan yang diarahkan oleh Presiden Joe Biden tahun lalu mendorong persediaan ke level terendah sejak 1983.

Gedung Putih mengatakan pada bulan Oktober akan membeli kembali minyak untuk SPR ketika harga berada di atau di bawah sekitar US$67-US$72 per barel.

"Pasokan minyak mentah yang berkelanjutan dari Rusia ke pasar global juga menambah tekanan," kata Kikukawa, memprediksi bahwa tolok ukur kemungkinan akan menguji level terendahnya awal pekan ini juga karena masih ada kecemasan tentang sektor perbankan.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, pemotongan yang sebelumnya diumumkan sebesar 500.000 barel per hari (bpd) produksi minyak Rusia akan berasal dari tingkat produksi 10,2 juta bpd pada bulan Februari, lapor kantor berita RIA Novosti.

Baca Juga: China Diprediksi Akan Menyumbang 40% Kebutuhan Minyak Global Pasca Pandemi

Itu berarti Rusia bertujuan untuk memproduksi 9,7 juta barel per hari antara Maret dan Juni, ketika pengurangan produksi akan diberlakukan, menurut Novak - pengurangan produksi yang jauh lebih kecil daripada yang ditunjukkan Moskow sebelumnya.

Di sisi sentimen pendorong harga minyak, Goldman Sachs mengatakan, permintaan komoditas melonjak di China, importir minyak terbesar dunia, dengan permintaan minyak mencapai 16 juta barel per hari.

Goldman Sachs memperkirakan Brent akan mencapai US$97 per barel pada kuartal kedua tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto