Harga minyak mentah jatuh ke US$ 47,62 per barel, OPEC+ tunda keputusannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak tergelincir dari level tertinggi multi-bulan dalam perdagangan bergejolak pada hari Senin (4/1). Ikut terseret penurunan hampir 2% Wall Street di tengah kekhawatiran atas hasil pemilihan putaran kedua di Georgia.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 50 sen atau 1,0% menjadi US$ 51,30 per barel dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap turun 1,85% atau 90 sen pada US$ 47,62 per barel.

Di awal sesi, kedua benchmark ini naik dan turun US$ 1 per barel dengan WTI mencapai level tertinggi sejak Februari dan Brent tertinggi sejak Maret. Meski demikina Brent atas WTI berada di jalur untuk naik ke level tertinggi sejak Mei.


Baca Juga: Kenaikan harga CPO diramal hanya bertahan hingga kuartal I, ini sebabnya

S&P 500 dan Dow juga turun dari level rekor pada hari perdagangan pertama tahun ini karena Presiden Donald Trump melakukan perjalanan ke Georgia dalam upaya untuk menjaga Senat AS di tangan Partai Republiknya.

Asal tahu, pasar minyak mengurangi penurunan sebelumnya setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, tidak dapat memutuskan pada hari Senin apakah akan meningkatkan produksi pada bulan Februari atau tidak dan akan bertemu lagi pada hari Selasa.

Produsen minyak OPEC + terpecah pada hari Senin karena peningkatan produksi dari Februari karena beberapa khawatir akan terpukul dari penguncian baru virus Corona.

Sementara, Rusia dan Kazakhstan mengatakan pemulihan permintaan membenarkan produksi yang lebih tinggi, kata lima sumber OPEC +.

Dua sumber mengatakan OPEC + akan bertemu lagi pada hari Selasa.

OPEC + meningkatkan produksi sebesar 500.000 barel per hari (bpd) bulan ini, tetapi beberapa anggota mempertanyakan perlunya meningkatkan lebih banyak dari Februari karena meningkatnya pandemi Covid-19.

“Peluncuran vaksin belum sesukses untuk sebagian besar dunia dan itu bukan pertanda baik untuk kasus kenaikan produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari lagi pada Februari,” kata Edward Moya, analis senior pasar OANDA di New York.

Baca Juga: Setelah telko, produsen minyak China juga bakal dihapus dari bursa New York?

Di Eropa, Inggris sedang mempersiapkan penguncian baru virus corona dan Jerman sedang mempertimbangkan apakah akan mengizinkan penundaan dalam pemberian dosis kedua vaksin Covid-19 untuk membuat pasokan yang langka melangkah lebih jauh.

Di Timur Tengah, sementara itu, ketegangan mendukung harga minyak pada hari sebelumnya setelah Pengawal Revolusi Iran menyita sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan di perairan Teluk dan Iran melanjutkan pengayaan uranium di fasilitas nuklir bawah tanah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto