Harga Minyak Mentah Jatuh, Tersengat Lonjakan Covid-19 di China



KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak tetap melemah walau berhasil memangkas kerugian setelah jatuh lebih dari US$ 2 di awal sesi. Koreksi dolar Amerika Serikat (AS)berhasil mengimbangi kekhawatiran permintaan akibat melonjaknya kasus Covid-19 di China.

Kamis (29/12) pukul 19.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2023 turun 96 sen, atau 1,15% ke US$ 82,30 per barel. Sementara untuk kontrak pengiriman Maret 2024 yang lebih aktif turun 1,2% ke US$ 82,98 per barel, setelah turun lebih dari US$ 2 di awal sesi.

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2023 turun US$ 1,13 atau 1,43% ke US$ 77,83 per barel, setelah mencapai sesi terendah di US$ 76,79 per barel.


Harga kedua kontrak acuan berhasil mengurangi pelemahan karena dolar AS tergelincir, dengan investor gelisah pada akhir tahun karena optimisme awal atas pembukaan kembali China gagal.

Dolar AS yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan dapat meningkatkan permintaan.

Baca Juga: Rusia Hentikan Ekspor Minyak Mentah, Ini Efeknya ke Harga Minyak Dunia

Skala wabah Covid-19 di China terbaru dan keraguan atas data resmi mendorong beberapa negara untuk memberlakukan aturan perjalanan baru pada pengunjung China, bahkan ketika importir minyak mentah terbesar dunia mulai membongkar rezim penguncian dan pengujian Covid-19 yang paling ketat di dunia.

"Kurangnya kejelasan atas situasi virus di China telah mendorong beberapa aturan perjalanan baru dari berbagai negara, yang dapat meredam optimisme sebelumnya," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG.

Pasar minyak juga diterpa ekspektasi kenaikan suku bunga AS lainnya, karena Federal Reserve mencoba membatasi kenaikan harga di pasar tenaga kerja yang ketat.

Persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diharapkan, sekitar 1,3 juta barel, dalam pekan yang berakhir 23 Desember, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute.

Pemerintah AS akan merilis angka mingguannya pada pukul 10:30 EST (15.30 GMT) pada hari Kamis.

Pasar, bagaimanapun, mendapat dukungan dari larangan Presiden Rusia Vladimir Putin atas ekspor minyak mentah dan produk minyak mulai 1 Februari selama lima bulan ke negara-negara yang mematuhi batasan harga Barat.

Baca Juga: Dipicu Kekhawatiran Permintaan China, Minyak Brent ke US$83,03 dan WTI ke US$78,62

Operator pipa minyak Rusia Transneft mengatakan, KazTransOil dari Kazakhstan telah meminta tambahan 1,2 juta ton kapasitas pada pipa Druzhba untuk tahun 2023 untuk memfasilitasi pengiriman minyak tambahan ke Jerman, lapor kantor berita RIA Novosti.

AS mengisi ulang cadangan minyak strategisnya "seharusnya mendukung pasar dan dapat memberikan sedikit ruang," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Editor: Anna Suci Perwitasari