Harga minyak mentah kembali bergejolak



JAKARTA. Harga minyak mentah kembali naik setelah cadangan minyak Amerika Serikat menyusut. Kenaikan harga juga terjadi karena spekulasi stok minyak akan menipis menyusul terjadinya aksi kekerasan di Libia, selaku negara pemegang cadangan minyak terbesar di Afrika. Hingga pukul 15.30, harga minyak West Texas Intermediate di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Juli 2014 menguat 0,14% dari hari sebelumnya menjadi US$ 102 per barel. Bila dihitung sejak akhir 2013, harga minyak mentah sudah naik sebesar 6,02%. "Telah terjadi penurunan produksi minyak mentah Libia dan tentu saja tidak positif. Ini pasti mendukung harga yang lebih tinggi," kata Chief Strategist CMC Markets Michael McCarthy, Selasa (20/5). Asal tahu saja, produksi minyak mentah Libia terganggu setelah muncul aksi kekerasan menyusul isu kudeta dari seorang jenderal. Head of Research Division PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, produksi minyak Libia turun menjadi 200.000 barel per hari dari sebelumnya 300.000 barel per hari. Selain itu, faktor kenaikan harga minyak juga berasal dari Ukraina. Situasi politik yang memanas di negara tersebut telah menyulut harga minyak mentah. "Vladimir Putin dikabarkan memerintahkan pasukannya untuk mundur dari perbatasan," tambahnya. Secara teknikal, Ariston melihat pada pada grafik harian garis indikator MACD melewati garis 0. Formasi garis MACD mendekati garis sinyal yang mengindikasi adanya penguatan. Dalam sepekan Ariston memprediksi harga minyak ada di kisaran 99,60-104,30 per barel. "Hingga akhir semester I-2014 harga minya akan menyentuh level 103,00 per barel," tandasnya. Sementara, analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto memprediksikan harga minyak dalam sepekan ada dikisaran US$ 102 hingga US$ 103 per barel. Sedangkan hingga akhir semester satu tahun ini, Guntur memprediksi harga minyak di level US$102 hingga US$ 104 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can