Harga Minyak Mentah Kian Ambruk di Bawah US$ 50 per Barel



SINGAPURA. Minyak mentah semakin kehilangan kekuatannya ke level yang paling rendah sejak Mei 2005, terkikis hampir US$ 100 barel di bawah titik puncaknya pada Juli 2008 lalu. Hal ini beriringan dengan resesi yang kian memucuk yang mengikis permintaan otomotif maupun produksi pabrikan lainnya. Harga minyak merosot untuk yang kelima kalinya dalam lima hari ini, dan mencatatkan penurunan sebesar 15% minggu ini, setelah klaim yang diajukan oleh para penganggur di AS melonjak tajam, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Selain itu, juga karena faktor Singapura dan Taiwan yang memangkas prediksi pertumbuhan ekonominya. Toyota Motor Corp. minggu ini juga mengikis produksi untuk pasar Amerika Utara. Isuzu Motors Ltd. Dan Hino Motors Ltd. Juga menegaskan mereka akan menciutkan produksi truknya di Jepang. “Semuanya ini di setir oleh ketakutan sementara akal ini tahu persis bahwa perlambatan perekonomian ini disebabkan oleh memburuknya prediksi ekonomi global,” kata Toby Hassall, analis Commodity Warrants Australia di Sydney. “Pasar mematok harga di tengah perlambatan yang cukup serius,” imbuhnya. Minyak mentah untuk pengiriman Januari merosot sebesar $1,17, atau 2,4% menjadi US$ 48,25 per barel dan diperdagangkan US$ 48,97 pada pukul 11.55 waktu Singapura di New York Mercantile Exchange. Kontrak berjangka juga amblas 67% sejak menyentuh rekor tertingginya pada 11 Juli 2008 lalu sebesar US$147,27.Minyak untuk pengiriman Desember terperosok US$ 4,68 atau 8,7% kemarin, dan diperdagangkan US$ 49,42 per barel. Perekonomian Jepang sebagai yang terbesar di dunia, kemungkinan akan terjerembap tahun ini dan akan kembali menyusut tahun depan. Singapura, pusat perdagangan minyak terbesar di Asia, mengikis prediksi pertumbuhan perekonomiannya untuk yang keempat kalinya tahun ini. Pemerintah Singapura juga menegaskan, perekonomian negeri ini kemungkinan menyusut pada tahun 2009. Pemerintah Taiwan juga mengatakan, perekonomian negara tersebut akan tergelincir ke masa resesi tahun ini. MSCI Asia Pacific Energy Index juga terjungkal 15% minggu ini menjadi 253,92 pad apukul 11.30 waktu Singapura seiring harga minyak dunia yang juga merosot. Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang berencana untuk bertemu di Kairo pada 29 November 2008 nanti dan bertemu lagi pada 17 Desember 2008 di Algeria, kemungkinan akan memangkas produksi lagi sebesar 1 juta barel tahun ini, memperbesar pemangkasan yang telah disepakati selama ini. Minyak untuk pertama kali diperdagangkan diatas US$ 50 per barel di NTMEX pada 28 September 2005. Harga minyak ini kian menanjak terdesak oleh permintaan dari emerging market yang dipimpin oleh China sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS. Minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari melandai 68 sen atau 1,4% menjadi US$ 47,40 per barel dan diperdagangkan US$ 48,07 pada pukul 11.53 waktu Singapura di ICE Futures Europe exchange London. Anjloknya harga minyak mentah ini kemungkinan akan membuat investasi terpangkas. Sebanyak 44 proyek yang tengah digarap oleh sejumlah perusahaan, --di antaranya Saudi Arabian Oil Co., Royal Dutch Shell Plc dan Petroleo Brasileiro SA.—telah ditunda.  Goldman Sachs Group Inc. telah memangkas prediksi harga minyak rata-rata yang diperdagangkan di New York untuk 2009 dari US$ 86 per barel menjadi US$ 80 per barel.


Editor: